JAKARTA. Berikut sejumlah isu hangat yang patut diperhatikan sebelum melakukan transaksi di pasar finansial. - Likuiditas valas di perbankan masih aman Pasokan valuta asing (valas) di pasar tampak kian ketat. Apalagi, nilai tukar rupiah tak juga bangkit dari keterpurukannya. Likuiditas valas di perbankan pun terancam kering.Bank Indonesia (BI) memang telah menerbitkan pelbagai kebijakan demi menjaga likuiditas baik rupiah maupun valas. Yang terbaru, BI memperpendek jangka waktu minimum kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6 bulan menjadi 1 bulan untuk memperkuat pengelolaan likuiditas. Bulan lalu, BI memperluas jangka waktu term deposit valas menjadi satu hari hingga 12 bulan untuk memudahkan bank mengelola ekses likuiditas valas.Ekonom Standart Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan pasokan valas di pasar saat ini terbilang kering. Padahal, kebutuhan valas untuk kegiatan ekspor-impor cukup besar. Sejatinya, kata Fauzi, likuiditas valas di perbankan mencukupi. Namun, peredaran valas minim lantaran pemilik dollar tidak mau menjual valas mereka.Harus diakui, likuiditas valas di perbankan memang masih terjaga. BI mencatat, dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan per Juli 2013 mencapai Rp 525,7 triliun, naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Maklum, bank memang telah mengantisipasi dengan memupuk pasokan valas untuk menjaga likuiditas. Para bankir memperkirakan, nilai tukar rupiah ke depan masih akan melemah. Sehingga, peredaran valas terbatas Alhasil, bank harus berebut mencari sumber dana valas.- Sukuk global terbit berkupon mahalPemerintah kembali menawarkan surat berharga syariah negara (SBSN) berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau sukuk global. Kali ini, pemerintah meraup dana US$1,5 miliar.Surat utang yang jatuh tempo 15 Maret 2019 ini memberi imbal hasil 6,125%. "Tingkat imbalan ini lebih rendah 25 basis poin dibanding perkiraan awal di kisaran 6,37%," ujar Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan, Robert Pakpahan, Rabu (11/9).Sebagai perbandingan, US Treasury bertenor 5 tahun, kemarin, memberikan imbal hasil 1,73%. Sedangkan obligasi global Indonesia yang jatuh tempo Maret 2019, memiliki imbal hasil 5,33% di pasar sekunder.Robert mengatakan, total permintaan yang masuk pada sukuk global ini mencapai US$ 5,7 miliar dari 300 investor. Penerbitan sukuk global yang keempat ini merupakan penerbitan terbesar oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2009.Sukuk global ini akan diterbitkan oleh Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia lll dan setelmen akan dilaksanakan pada 17 September 2013. Sukuk global akan dicatatkan di Bursa Singapura.- Posisi rupiahNilai tukar rupiah anjlok lagi, Rabu (11/9). Di pasar spot, kurs rupiah berakhir melemah 0,98% menjadi Rp 11.346. Di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah bahkan longsor hingga 2,31% menjadi 11.438 dibanding hari sebelumnya.- Posisi IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis. Rabu (11/9), IHSG turun 0,2% ke 4.349,42. Kondisi ini berseberangan dengan bursa regional yang naik. Indeks MSCI Asia Pacific naik 0,2% ke 137,40.- Posisi Wall Street Bursa AS masih melanjutkan reli pada transaksi kemarin malam (11/9). Pada penutupan pasar di New York, indeks Standard & Poor's 500 naik 0,3% menjadi 1.689,13, yang merupakan level tertinggi sejak 13 Agustus lalu. Sementara, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,9% menjadi 15.326,60, juga merupakan level tertingginya dalam satu bulan.Transaksi tadi malam melibatkan 5,8 miliar saham atau 4% di bawah volume rata-rata tiga bulanan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini dia topik penting yang layak disimak hari ini
JAKARTA. Berikut sejumlah isu hangat yang patut diperhatikan sebelum melakukan transaksi di pasar finansial. - Likuiditas valas di perbankan masih aman Pasokan valuta asing (valas) di pasar tampak kian ketat. Apalagi, nilai tukar rupiah tak juga bangkit dari keterpurukannya. Likuiditas valas di perbankan pun terancam kering.Bank Indonesia (BI) memang telah menerbitkan pelbagai kebijakan demi menjaga likuiditas baik rupiah maupun valas. Yang terbaru, BI memperpendek jangka waktu minimum kepemilikan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dari 6 bulan menjadi 1 bulan untuk memperkuat pengelolaan likuiditas. Bulan lalu, BI memperluas jangka waktu term deposit valas menjadi satu hari hingga 12 bulan untuk memudahkan bank mengelola ekses likuiditas valas.Ekonom Standart Chartered Bank, Fauzi Ichsan, mengatakan pasokan valas di pasar saat ini terbilang kering. Padahal, kebutuhan valas untuk kegiatan ekspor-impor cukup besar. Sejatinya, kata Fauzi, likuiditas valas di perbankan mencukupi. Namun, peredaran valas minim lantaran pemilik dollar tidak mau menjual valas mereka.Harus diakui, likuiditas valas di perbankan memang masih terjaga. BI mencatat, dana pihak ketiga (DPK) valas perbankan per Juli 2013 mencapai Rp 525,7 triliun, naik 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Maklum, bank memang telah mengantisipasi dengan memupuk pasokan valas untuk menjaga likuiditas. Para bankir memperkirakan, nilai tukar rupiah ke depan masih akan melemah. Sehingga, peredaran valas terbatas Alhasil, bank harus berebut mencari sumber dana valas.- Sukuk global terbit berkupon mahalPemerintah kembali menawarkan surat berharga syariah negara (SBSN) berdenominasi dollar Amerika Serikat (AS) atau sukuk global. Kali ini, pemerintah meraup dana US$1,5 miliar.Surat utang yang jatuh tempo 15 Maret 2019 ini memberi imbal hasil 6,125%. "Tingkat imbalan ini lebih rendah 25 basis poin dibanding perkiraan awal di kisaran 6,37%," ujar Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan, Robert Pakpahan, Rabu (11/9).Sebagai perbandingan, US Treasury bertenor 5 tahun, kemarin, memberikan imbal hasil 1,73%. Sedangkan obligasi global Indonesia yang jatuh tempo Maret 2019, memiliki imbal hasil 5,33% di pasar sekunder.Robert mengatakan, total permintaan yang masuk pada sukuk global ini mencapai US$ 5,7 miliar dari 300 investor. Penerbitan sukuk global yang keempat ini merupakan penerbitan terbesar oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 2009.Sukuk global ini akan diterbitkan oleh Perusahaan Penerbit SBSN Indonesia lll dan setelmen akan dilaksanakan pada 17 September 2013. Sukuk global akan dicatatkan di Bursa Singapura.- Posisi rupiahNilai tukar rupiah anjlok lagi, Rabu (11/9). Di pasar spot, kurs rupiah berakhir melemah 0,98% menjadi Rp 11.346. Di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah bahkan longsor hingga 2,31% menjadi 11.438 dibanding hari sebelumnya.- Posisi IHSG Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tipis. Rabu (11/9), IHSG turun 0,2% ke 4.349,42. Kondisi ini berseberangan dengan bursa regional yang naik. Indeks MSCI Asia Pacific naik 0,2% ke 137,40.- Posisi Wall Street Bursa AS masih melanjutkan reli pada transaksi kemarin malam (11/9). Pada penutupan pasar di New York, indeks Standard & Poor's 500 naik 0,3% menjadi 1.689,13, yang merupakan level tertinggi sejak 13 Agustus lalu. Sementara, indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,9% menjadi 15.326,60, juga merupakan level tertingginya dalam satu bulan.Transaksi tadi malam melibatkan 5,8 miliar saham atau 4% di bawah volume rata-rata tiga bulanan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News