NEW YORK. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tadi malam (3/7) kembali diperdagangkan di atas level US$ 100 per barel. Mengutip situs Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengantaran Agustus ditutup dengan lonjakan US$ 1,64 atai 1,6% menjadi US$ 101,24 di New York Mercantile Exchange. Lonjakan harga minyak terjadi seiring kecemasan investor atas gejolak politik Mesir yang mengancam suplai minyak dunia dari kawasan Timur Tengah. Seperti yang diberitakan sebelumnya, militer Mesir mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden Mesir Mohamed Mursi setahun pasca kepemimpinannya, Rabu (3/7) malam. Pihak militer beralasan, langkah ini genting dilakukan untuk menciptakan stabilitas di Mesir.Terkait hal itu, Ketua Mahkamah Agung Mesir Adly Mansour ditunjuk sebagai pemimpin sementara. Al Sisi berpendapat, Mansour akan memiliki kekuatan untuk mengeluarkan deklarasi konstitusional selama periode sementara dan akan membangun pemerintahan yang kuat dibanding sebelumnya.Selain itu, lonjakan harga minyak juga disebabkan oleh penurunan cadangan minyak AS sebesar 10,3 juta barel menjadi 383,8 juta barel seperti yang dikutip dari data Energy Information Administration. Sementara, analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, penurunan cadangan minyak hanya sebesar 2,25 juta barel. "Kita memiliki dua faktor utama yang mendorong harga minyak semakin tinggi, penurunan cadangan minyak yang lebih besar dari prediksi dan kecemasan atas terganggunya suplai minyak dari Timur Tengah akibat gejolak Mesir," urai Adam Wise, managing director Manulife Asset Management di Boston. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini dua faktor yang kian melambungkan harga minyak
NEW YORK. Harga kontrak minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) tadi malam (3/7) kembali diperdagangkan di atas level US$ 100 per barel. Mengutip situs Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengantaran Agustus ditutup dengan lonjakan US$ 1,64 atai 1,6% menjadi US$ 101,24 di New York Mercantile Exchange. Lonjakan harga minyak terjadi seiring kecemasan investor atas gejolak politik Mesir yang mengancam suplai minyak dunia dari kawasan Timur Tengah. Seperti yang diberitakan sebelumnya, militer Mesir mengambil alih kekuasaan dari tangan Presiden Mesir Mohamed Mursi setahun pasca kepemimpinannya, Rabu (3/7) malam. Pihak militer beralasan, langkah ini genting dilakukan untuk menciptakan stabilitas di Mesir.Terkait hal itu, Ketua Mahkamah Agung Mesir Adly Mansour ditunjuk sebagai pemimpin sementara. Al Sisi berpendapat, Mansour akan memiliki kekuatan untuk mengeluarkan deklarasi konstitusional selama periode sementara dan akan membangun pemerintahan yang kuat dibanding sebelumnya.Selain itu, lonjakan harga minyak juga disebabkan oleh penurunan cadangan minyak AS sebesar 10,3 juta barel menjadi 383,8 juta barel seperti yang dikutip dari data Energy Information Administration. Sementara, analis yang disurvei Bloomberg memprediksi, penurunan cadangan minyak hanya sebesar 2,25 juta barel. "Kita memiliki dua faktor utama yang mendorong harga minyak semakin tinggi, penurunan cadangan minyak yang lebih besar dari prediksi dan kecemasan atas terganggunya suplai minyak dari Timur Tengah akibat gejolak Mesir," urai Adam Wise, managing director Manulife Asset Management di Boston. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News