JAKARTA. Nilai tukar rupiah saat ini bertengger di atas level 12.000. Menteri Keuangan Chatib Basri pun mengatakan fundamental rupiah saat ini berada pada level 12.000 karena pengaruh normalisasi Bank Sentral Amerika The Fed. Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat pelemahan rupiah saat ini dipicu dua hal. Pertama, ekspetasi investor global terhadap kenaikan suku bunga The Fed. Kedua, perbaikan kondisi defisit transaksi berjalan Indonesia. Bulan ini tanggal 28-29 Oktober akan kembali diadakan FOMC. FOMC pada bulan Oktober jadi penentu karena merupakan bulan terakhir tapering. Setelah berakhirnya tapering akan ada ekspetasi lagi kapan kenaikan suku bunga dilakukan.
Kondisi inilah yang kemudian membuat rupiah tertekan. Selama masih belum ada kepastian kenaikan suku bunga maka rupiah akan terus tertekan di atas 12.000. "Sebelum ada pernyataan, kondisi (rupiah) masih seperti ini," papar Juniman ketika dihubungi KONTAN, Jumat (3/10) lalu. Di sisi lain, kondisi dalam negeri harus ada perbaikan neraca transaksi berjalan. Kalau ada kenaikan harga bakan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan berimplikasi positif bagi transaksi berjalan, pasti akan menguatkan rupiah.