KUALA LUMPUR. Harga kontrak crude palm oil masih belum bisa bangkit sore ini (7/5). Dengan demikian, penurunan harga komoditas sawit ini sudah berlangsung selama empat hari terakhir. Mengutip data Bloomberg, siang tadi, harga kontrak CPO untuk pengantaran Juli turun sebesar 0,7% menjadi 2.235 ringgit atau US$ 750 per metrik ton di Bursa Malaysia Derivatives. Pada pukul 15.52 waktu Kuala Lumpur, kontrak yang sama berada di posisi 2.246 ringgit. Kemarin, harga kontrak CPO menyentuh level terendah sejak 13 Desember 2012 yakni 2.230 ringgit per metrik ton. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan harga CPO adalah kecemasan mengenai produksi CPO global yang diramal akan menanjak pada bulan April. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, tingkat produksi CPO Malaysia pada April akan naik 5,3% menjadi 1,4 juta ton pada April. Sementara, tingkat ekspor CPO Malaysia akan turun 6,5% menjadi 1,44 juta ton. "Saat ini, pelaku pasar CPO akan terfokus pada tingkat produksi bulan April yang diantisipasi akan naik sekitar 8%-10% di Malaysia. Produksi di Indonesia juga diprediksi naik," jelas Chandran Sinnasamy, head of trading LT International Futures Sdn. Sentimen lainnya adalah penguatan pada ringgit ke level tertinggi sejak Agustus 2011 yang secara otomatis akan mengurangi nilai komoditas yang dipatok dengan harga ringgit. Penguatan mata uang Negeri Jiran ini terjadi setelah koalisi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak memenangkan pemilu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini dua sentimen yang menyebabkan harga CPO turun
KUALA LUMPUR. Harga kontrak crude palm oil masih belum bisa bangkit sore ini (7/5). Dengan demikian, penurunan harga komoditas sawit ini sudah berlangsung selama empat hari terakhir. Mengutip data Bloomberg, siang tadi, harga kontrak CPO untuk pengantaran Juli turun sebesar 0,7% menjadi 2.235 ringgit atau US$ 750 per metrik ton di Bursa Malaysia Derivatives. Pada pukul 15.52 waktu Kuala Lumpur, kontrak yang sama berada di posisi 2.246 ringgit. Kemarin, harga kontrak CPO menyentuh level terendah sejak 13 Desember 2012 yakni 2.230 ringgit per metrik ton. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan harga CPO adalah kecemasan mengenai produksi CPO global yang diramal akan menanjak pada bulan April. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, tingkat produksi CPO Malaysia pada April akan naik 5,3% menjadi 1,4 juta ton pada April. Sementara, tingkat ekspor CPO Malaysia akan turun 6,5% menjadi 1,44 juta ton. "Saat ini, pelaku pasar CPO akan terfokus pada tingkat produksi bulan April yang diantisipasi akan naik sekitar 8%-10% di Malaysia. Produksi di Indonesia juga diprediksi naik," jelas Chandran Sinnasamy, head of trading LT International Futures Sdn. Sentimen lainnya adalah penguatan pada ringgit ke level tertinggi sejak Agustus 2011 yang secara otomatis akan mengurangi nilai komoditas yang dipatok dengan harga ringgit. Penguatan mata uang Negeri Jiran ini terjadi setelah koalisi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak memenangkan pemilu. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News