Ini efek masuknya daging beku ke pasar tradisional



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia sudah melakukan impor daging kerbau untuk menstabilkan harga daging di Indonesia. Saat ini, harga daging kerbau beku di tingkat konsumen sebesar Rp 80.000 per kg. Saat ini, daging-daging kerbau beku tersebut pun sudah memasuki pasar tradisional.

Ketua Asosiasi Pedagang Daging Indonedia (APDI), Asnawi menilai, sejak adanya regulasi yang mengizinkan daging kerbau beku masuk di pasar tradisional, segmentasi pasar daging berubah. Padahal, menurutnya segmntas untuk pasar daging sudah terbentuk. "Untuk pasar tradisional, orientasinya daging segar. Kebanyakan di pasar tradisional, konsumen daging sapi segar adalah ibu rumah tangga," ujar Asnawi, Kamis (2/11).

Asnawi pun mengatakan, banyaknya konsumen yang lebih menginginkan daging sapi mengakibatkan beberpa pedagang yang memilih berbuat curang untuk mendapatkan keuntungan lebih. Menurutnya, terdapat pedagang yang mencairkan daging beku (thawing) dan mengoplosnya dengan daging sapi. Nantinya, daging tersebut diklaim sebagai daging sapi segar, dan dijual dengan harga yang tinggi. "Ini karena masyarakat sulit membedakan daging sapi segar dengan daging kerbau," kata Asnawi.


Menurut data APDI DKI Jakarta, per Oktober 2017, harga daging segar paha depan Rp 110.000 per kg, haga daging segar paha belakang Rp 115.000 per kg; harga sandung lamur segar Rp 105.000 per kg, dan harga tetelan sebesar Rp 60.000 per kg.

Melihat harga daging sapi segar yang berada di atas harga acuan pemerintah, Asnawi merasa selain bertujuan menstabilkan harga, tujuan pemerintah memasok daging beku adalah untuk memenuhi kebutuhan daging masyarakat. Namun menurutnya, tindakan ini kurang tepat karena masyarakat lebih mmbutuhkan daging segar dibandingkan daging beku. "Ketersediaan daging segar memang terbatas, tapi yang masyarakat butuhkan daging segar bukan daging beku. Baiknya pemerintah memperbanyak pasokan sapi," tutur Asnawi.

Ini akibat masuknya daging beku ke pasar tradisional

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati