Ini emiten-emiten yang mendapat berkah dari pelemahan rupiah



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) masih kembali terjadi. Kemarin (4/5), kurs mata uang Garuda kembali menyentuh level Rp 15.100 per dollar AS.

Padahal¸ di pekan lalu, nilai tukar rupiah di pasar spot sempat menguat hingga menyentuh Rp 14.882 per dollar AS. Meski tak baik untuk rupiah, Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso menilai, pelemahan nilai tukar rupiah ini akan menguntungkan beberapa emiten yang berbasis ekspor.

Baca Juga: United Tractors (UNTR) memperoleh pinjaman senilai Rp 400 miliar dari anak usaha


Emiten ini mendapatkan pembayaran pendapatan dalam bentuk dollar AS, sehingga diuntungkan dengan kondisi pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS. "Emiten yang berhubungan dengan komoditas seperti emas, nikel, batubara, crude palm oil (CPO), juga sektor garmen dan furniture, akan untung” ujar Aria, Senin (4/5).

Meski diuntungkan dengan pelemahan kurs rupiah, Aria menilai emiten ini perlu mewaspadai permintaan yang belum optimal di tengah kondisi perlambatan ekonomi karena korona.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, emiten berorientasi ekspor menjadi emiten yang paling diuntungkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. "Seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dan beberapa emiten yang menggunakan laporan keuangan dalam dollar AS," ujar dia.

Melansir laporan keuangan per 31 Desember 2019, SRIL membukukan pendapatan US$ 1,18 miliar. Sebanyak US$ 704,88 juta merupakan pendapatan dari penjualan ke pasar ekspor.

Selain itu, emiten pertambangan seperti PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan emiten tambang batubara juga kecipratan untung dari pelemahan rupiah. "Pelemahan rupiah secara tidak langsung akan membawa imbas positif bagi perusahaan yang memiliki revenue dalam denominasi dollar, salah satunya adalah PT Vale Indonesia Tbk (INCO)," ujar Director Finance and Control Vale Indonesia Adi Susatio.

Baca Juga: Sebanyak 24 pegawai pabrik rokok di Tulungagung reaktif atas rapid test corona

Merujuk pada laporan keuangan per kuartal I-2020, INCO berhasil mengantongi pendapatan sebesar US$ 174,66 juta. Sebanyak US$ 139,83 juta di antaranya merupakan penjualan kepada Vale Canada Limited (VCL), sementara sisanya yakni US$ 34,82 juta merupakan penjualan kepada Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM).

Tantangan saat ini, selain pandemi korona, adalah genderang perang yang kembali ditabuh AS terhadap China. AS menuduh China menyembunyikan akar masalah penyebaran korona.

Adi mengatakan isu perang dagang juga masih membawa ketidakpastian pada ekonomi globa,l yang akhirnya akan memengaruhi harga nikel dunia. Di sisi lain, pendapatan INCO sangat bergantung pada harga nikel dunia dan jumlah produksi nikel.

"Harga nikel menjadi sesuatu yang tidak dapat dikontrol oleh INCO," imbuh Adi. Asal tahu saja, penjualan nikel matte INCO per kuartal I-2020 mencapai 16.713 ton, lebih tinggi 20,5% secara tahunan.

Baca Juga: Dibuka melemah, rupiah di kurs tengah BI ada di level Rp 15.104 per dolar AS hari ini

Selain INCO, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga ketiban rezeki karena hasil penjualan batubaranya ditujukan ke pasar ekspor. Direktur Keuangan Bukit Asam Mega Satria mengatakan pelemahan kurs rupiah akan berdampak positif ke kinerja PTBA.

"Penjualan ekspor berbasis dollar, tentu ada dampak positif ke pendapatan PTBA," ungkap Mega dalam paparan kinerja PTBA di Jakarta, Senin (4/5).

Per kuartal I-2020, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan senilai Rp 5,12 triliun. Sebanyak Rp 1,78 triliun atau 34,7% di antaranya merupakan penjualan ke pasar ekspor.                  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini