Ini empat faktor yang bikin indeks menembus rekor



JAKARTA. Belakangan ini banyak yang memperbincangkan mengenai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bakal menembus level tertingginya, 5.251. Level rekor ini pernah dicapai indeks pada 21 Maret 2013 lalu. Hari ini,  IHSG kembali menoreh rekor baru. Indeks telah mengalami kenaikan 0,74% ke level 5.255,87 saat permulaan transaksi hari ini, (8/9).

Betrand Raynaldi, analis KDB Daewoo Securities Indonesia dalam risetnya pagi ini menjelaskan, ada sejumlah hal yang menjadi dasar kemampuan indeks menembus level tertingginya bukan hanya sekadar kasak-kusuk belaka. "Ini juga bukan sekedar masalah menembus level tertinggi karena masih banyak potensi kenaikan indeks," imbuhnya.

Poin pertama yang menjadi dasar kekuatan indeks adalah valuasi IHSG yang masih belum tinggi. Betrand menjelaskan, berdadarkan data Bloomberg, indeks diperdagangkan pada trailing P/E 21,2x. Sementara, valuasi saat ini menunjukan level 20,1% premium dibanding rata-rata 10 tahunnya. Namun, jika memakai valuasi kedepan,mtahun 2015, maka harga saat ini mencerminkan forward P/E 14,4x yang artinya belum tinggi.


Kedua, reformasi struktural akan menuntungkan siklus bisnis. Reaksi pasar terhadap Jokowi yang menjadi presiden sangatlah positif. Hal ini terbukti oleh kenaikan IHSG lebih dari 20% sejak akhir 2013.

"Walaupun tetap ada tantangan namun kami yakin kebijakan reformasi ekonomi yang bijak akan disambut oleh investor. Kebijakan reformasi struktural menurut kami kami melapangkan jalan untuk siklus naik pendapatan perusahaan," jelas Betrand.

Poin ketiga, resiko telah diketahui dan telah terefleksi ke harga saham. Betrand menduga, volatilitas akan meningkat karena ketegangan geopolitik. Namun sepanjang harga minyak stabil, sentimen tersebut diyakini tidak akan menggangu struktur pertumbuhan Indonesia.

Poin terakhir adalah, penglihatan akan adanya potensi kenaikan. Moody's dan Fitch telah menempatkan rating Indonesia masuk dalam rating investasi, hanya S&P yang belum. Dengan perbaikan kondisi politik, pendapatan perkapita dan pengaruh eksternal perbaikan rating kredit Indonesia menjadi sangat dimungkinkan. Hal ini pada dasarnya juga telah diidentifikasikan oleh S&P dalam pernyataan rating -nya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie