KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja instrumen investasi di bulan April 2023 masih bergerak volatile. Meskipun begitu, sejumlah instrumen mengalami perbaikan kinerja dibandingkan pada kuartal pertama 2023. Kinerja instrumen saham di bulan April 2023 terpantau mulai membaik. Kinerja Indeks KOMPAS100 pada bulan April 2023 tercatat 1,6% MoM dan 1,74% YtD. Sepanjang April 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,62% dari posisi 6.805,28 di akhir Maret lalu. Sementara, kinerja obligasi mencatatkan kinerja yang lebih baik dan stabil, yaitu 3,19% MoM. Instrumen pasar uang juga cukup baik, ditandai dengan kinerja rupiah yang menguat 2,07% MoM terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Head of Business Development Division HPAM Reza Fahmi mengatakan, sentimen kinerja instrumen investasi di Indonesia masih dipengaruhi oleh isu global. “Bank sentral AS diprediksi masih akan menaikkan suku bunga hanya sekali lagi pada tahun ini, yaitu di FOMC Meeting pada awal Mei ini,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (28/4).
Baca Juga: IHSG Diprediksi Koreksi Terbatas Pada Selasa (2/5), Berikut Saham yang Dapat Dicermat Dengan sentimen di atas dan didukung oleh penguatan rupiah, Reza melihat, kinerja saham akan lebih baik untuk jangka menengah hingga panjang. Sebagai informasi, rupiah berhasil menembus level psikologis setelah sukses melewati Rp 15.090 per dolar AS. Reza mengatakan, kinerja pasar saham masih dapat bergerak positif, termasuk IHSG yang diperkirakan akan bergerak positif menuju ke level 7.000. “Hal itu terjadi karena tidak adanya katalis negatif dari dalam negeri dalam sebulan terakhir, sehingga IHSG mampu menguat dan mencatatkan
return 1,39% MoM,” papar dia. Oleh karena itu, Reza menyarankan agar investor mulai mengakumulasi instrumen saham dalam portofolio mereka. “Investor disarankan untuk melakukan penambahan porsi investasi di instrumen saham atau reksadana saham,” tutur Reza.
Baca Juga: Arah IHSG dan Rekomendasi Saham di Tengah Sentimen Sell in May and Go Away Menurut Reza, portofolio investasi dapat disusun menggunakan konsep
strategic asset allocation (SAA) agar investor bisa mendapatkan cuan, setidaknya dalam sebulan ke depan. Jika proporsi aset kelas, seperti saham, telah mengalami peningkatan nilai yang signifikan dan secara bobot telah bergeser dari SAA investor, maka sebaiknya investor melakukan
switching atau realisasi
return di kelas aset tersebut. “Investor lalu bisa masuk ke kelas aset lain, seperti obligasi atau pasar uang, agar proporsi SAA masih tetap terjaga,” ungkap dia.
Baca Juga: Ini Top Gainers dan Top Losers IHSG Sepekan Terakhir April 2023 Reza menambahkan, setiap jenis investor bisa menggunakan porsi portofolio instrumen investasi yang berbeda-beda agar mampu menghasilkan keuntungan di bulan depan. Bagi investor konservatif, sebaiknya menaruh 80% dana di pasar uang dan 20% dana di obligasi. Untuk investor moderat, dapat mengalokasikan 20% dana di pasar uang, 60% di obligasi, dan 20% di saham. “Sedangkan, untuk investor agresif, dapat mengalokasikan 10% dana di pasar uang, 10% di obligasi, dan 80% di saham,” tutup Reza. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati