Ini Faktor Pendorong Pendapatan Adaro Energy (ADRO) Melonjak 130% di Kuartal III-2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berhasil mencetak kinerja ciamik hingga kuartal III-2022. Emiten tambang batubara ini membukukan laba bersih US$ 1,90 miliar hingga kuartal III-2022.

Asal tahu saja, realisasi tersebut melesat 352,21% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$  420,90 juta

Kenaikan laba bersih ADRO sejalan dengan kenaikan pendapatan. Emiten yang dinakhodai oleh Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini membukukan pendapatan senilai US$ 5,91 miliar, melonjak 130% dari pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 2,56 miliar


Kenaikan pendapatan ini terutama karena kenaikan pada harga jual rerata alias average selling price (ASP) sebesar 106% secara year-on-year (YOY).

Kenaikan ASP disebabkan akibat cuaca buruk, keterbatasan suplai, dan peristiwa geopolitik. Faktor-faktor ini menopang harga batubara mendekati level tertinggi historis yang terjadi pada kuartal II-2022.

Baca Juga: Kinerja Operasional Adaro Energy (ADRO) Ciamik Hingga Kuartal III-2022

Bersamaan, volume penjualan ADRO naik 14% menjadi 44,2 juta ton pada sembilan bulan pertama 2022. Di periode yang sama tahun lalu, penjualan batubara ADRO sebesar 38,9 juta ton.

Produk batubara dengan nilai kalori alias calorific value (CV) menengah meliputi 75% penjualan batubara Adaro pada sembilan bulan pertama 2022. Porsi ini naik dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 73%.

Indonesia tetap menjadi tujuan utama penjualan ADRO. Untuk PT Adaro Indonesia (AI), porsi penjualan ke pasar domestik meliputi 23% dari total penjualan.

“Adaro Indonesia tetap pada target untuk memenuhi penjualan domestic market obligation (DMO) pada tahun ini, karena perkiraan penjualan domestik akan meningkat pada kuartal IV-2022,” terang Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Indonesia Garibaldi Thohir, Selasa (1/11)

Namun, beban ADRO turut naik seiring kenaikan pendapatan. Beban pokok pendapatan naik 59% yoy menjadi US$ 2,54 miliar,  terutama karena kenaikan pembayaran royalti akibat kenaikan pada ASP maupun biaya penambangan yang terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) global.

 
ADRO Chart by TradingView

Beban usaha juga naik 78% yoy menjadi US$ 232 juta, dikarenakan oleh kenaikan 300% pada komisi penjualan. Kenaikan komisi penjualan menyumbangkan 67% kenaikan pada beban usaha dan disebabkan karena harga batubara yang lebih tinggi pada periode ini.

Royalti kepadapPemerintah dan beban pajak penghasilan badan juga ikut naik sebesar 302%, dari US$ 510 juta menjadi US$ 2,047 miliar pada periode ini, dikarenakan kenaikan pendapatan batubara berkat kenaikan ASP.

Sebagai catatan, Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) Adaro Indonesia telah resmi menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus sebagai kelanjutan operasi produksi (IUPK-KOP). IUPK-KOP diberikan untuk periode sampai 1 Oktober 2032, yang dapat diperpanjang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Royalti yang dibayarkan Adaro Indonesia akan meningkat secara progresif 14% sampai 28% berdasarkan harga jual batubara. Tambang Adaro Indonesia meliputi 79% dari produksi ADRO untuk periode Sembilan bulan pertama 2022

Sementara itu, manajemen ADRO menilai, pasar batubara termal sub-bituminus pada kuartal III-2022 diwarnai permintaan yang berbeda antara China dan India, sementara suplai Indonesia mencapai rekor volume tertinggi.

Di China, permintaan meningkat karena wilayah pesisir dilanda gelombang panas yang parah, yang menyebabkan kekeringan, penurunan permukaan air, dan penurunan output pembangkit listrik tenaga air (PLTA).

Baca Juga: Laba bersih Adaro (ADRO) Tembus US$ 1,9 miliar pada Kuartal III 2022

Hal-hal tersebut mendorong permintaan listrik meningkat dari tahun-tahun sebelumnya dan menopang permintaan batubara yang kuat. Di wilayah utara China, cuaca buruk dan wabah menurunkan aktivitas di wilayah pertambangan sehingga membatasi suplai.

Di sisi suplai, ekspor batubara Indonesia memecahkan rekor baru pada kuartal ketiga 2022, hingga mencapai rata-rata 43 juta ton per bulan.

Persediaan batubara India di pembangkit listrik naik di sepanjang kuartal ketiga, yang ditopang oleh suplai batubara domestik yang tinggi dan peningkatan batubara impor. Lebih lanjut, peningkatan curah hujan memberikan peningkatan terhadap produksi PLTA, sehingga menurunkan permintaan batubara.

Di Australia, penutupan sementara infrastruktur kereta api dan suplai yang tertunda, memperparah keterlambatan kapal. Volume ekspor Juli hanya mencapai 12 juta ton atau menurun 37% yoy. Ekspor akhirnya pulih pada bulan Agustus dan September setelah mengalami gangguan cuaca yang parah di bulan Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari