Ini faktor penyebab kualitas udara di Jakarta buruk menurut BMKG



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) menilai, buruknya kualitas udara Jakarta salah satu faktor penyebabnya adalah musim kemarau. Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan mengatakan, faktor itu karena akumulasi dari polusi udara dan musim kemarau.

"Memang kalau polusi udara ada kaitannya dengan kualitas udara apalagi saat ini sudah musim kemarau. Jadi tentu bertambah banyak," ujar Dodo dalam konferensi pers di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Jumat (28/6).

Dodo menyebutkan, musim kemarau telah melanda DKI Jakarta sejak bulan Mei. Hal ini berpengaruh pada kualitas udara di Jakarta. "Jadi sumbernya kemarau, kemudian ditambah polusi dari kendaraan. Sekarang juga ada pembangunan-pembangunan di Jakarta pada tempat terbuka dengan tanah dan debu yang jadi sumber polusi," jelas Dodo.


Ia menegaskan, musim kemarau memiliki pengaruh yang besar dalam menentukan kualitas udara. "Musim kemarau memang besar pengaruhnya. Di Jakarta ini kan sejak Mei sudah jarang turun hujan, kalaupun ada hanya hujan lokal dan sporadis saja. Akibatnya, kondisi iklim di Jakarta sudah kering," kata dia.

Sebelumnya, Data AirVisual, situs penyedia peta polusi online harian kota-kota besar di seluruh dunia pada Selasa (25/6) menunjukkan, Jakarta menempati urutan pertama kota dengan tingkat polusi tertinggi. Udara Jakarta masuk dalam kategori sangat tidak sehat dengan Nilai Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta sebesar 240.

Penghitungan AQI didasarkan dari lima polutan udara utama, yaitu ozon tingkat dasar, polusi partikel, karbon monoksida, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida. Kategori sangat tidak sehat berada pada rentang nilai AQI 200-300, di mana dapat memengaruhi kesehatan masyarakat. (Christoforus Ristianto)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Menurut BMKG, Ini Faktor yang Menyebabkan Kualitas Udara di Jakarta Buruk"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli