KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gelaran penawaran umum perdana atau
initial public offering (IPO) bakalan semakin semarak. Terlebih sejumlah perusahaan akan meraup dana segar jumbo dari gelaran IPO. Hal ini membuat pilihan saham di pasar ekuitas tanah air semakin beragam. Namun, terdapat sejumlah faktor dan pertimbangan sebelum memutuskan untuk membeli saham pendatang baru. Kepala Riset Yuanta Sekuritas Chandra Pasaribu mengatakan, fundamental perusahaan seharusnya menjadi perhatian utama bagi investor. Faktor fundamental yakni terkait bagaimana dengan rencana bisnis dan pengembangan usaha yang dapat menambah nilai pemegang saham
(shareholders value), sehingga bisa dilihat apakah nilai dari perusahaan itu menarik.
Chandra menegaskan, harga saham tidak sama dengan nilai perusahaan. Hal ini karena harga saham juga ditentukan oleh mekanisme permintaan dan suplai dari saham itu sendiri. Dus, jika suplai sahamnya tidak ada tapi permintaannya tinggi, tentu membuat harga saham menjadi tinggi, begitu juga sebaliknya.
Baca Juga: Investor Ritel Tandingi Short Seller, Penguatan Saham Meme Berlanjut Sehingga, investor perlu melihat juga bagaimana pendistribusian suatu saham yang IPO. “Apakah distribusinya benar-benar ke tangan para investor, atau hanya kepada beberapa
nominee sehingga mudah untuk melakukan manipulasi harga,” terang Chandra kepada Kontan.co.id, Senin (7/6). Equity Research Coordinator Erdikha Elit Sekuritas Hendri Widiantoro mengatakan, terdapat sejumlah aspek yang mesti dicermati sebelum membeli saham pendatang baru, salah satunya pelaku pasar harus memperhatikan terlebih dahulu dari sisi produk atau sumber pendapatan perusahaan tersebut. Misalkan, produk apa yang dijual, bagaimana pangsa pasarnya, ke mana saja produknya dijual, dan outlook untuk produk atau sumber pendapatan, apakah memang banyak dibutuhkan oleh masyarakat atau industri, sehingga mampu mendorong pendapatan perusahaan dan kinerja keuangannya atau tidak. Selain itu, investor juga bisa memperhatikan bagaimana sistem manajemen perusahaan tersebut guna memastikan bahwa perusahaan yang dibeli sahamnya memang dikelola dengan baik manajemennya. “Dengan data fundamental dan
track record yang baik, tentunya ini akan menjadi pertimbangan yang perlu diperhatikan investor,” terang Hendri.
Baca Juga: Hajatan IPO bernilai jumbo kian ramai, berikut faktor pendorongnya Hendri menilai, IPO yang akan dilakukan Gojek dan Tokopedia (GoTo) bisa menjadi perusahaan dengan
market cap atau kapitalisasi pasar nomor tiga di Indonesia. Hal ini tentunya cukup menarik jika melihat
gross transaction value yang berkisar US$ 22 miliar, dengan asumsi harga yang belum naik.
Tentunya, IPO ini sangat menarik karena bisa mengalahkan PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI) sebagai
top market leader. “Jika saham ini naik, maka
market cap-nya bisa saja lebih besar dari kedua emiten di atas. Tren digital juga menjadi momentum di tahun ini. GoTo dalam hal ini merupakan calon emiten yang sudah masuk pada tren ini,” sambung Hendri. Sementara Chandra menilai, IPO Mitratel, Archi dan GoTo ukurannya cukup besar, sehingga dari sisi
market cap dan distribusi sahamnya mungkin lebih transparan. Sementara Cimory, meski belum diketahui
size-nya, jikalau cukup besar, paling tidak segmentasi barang yang menjadi jualannya, yakni susu, dinilai jelas dan merupakan jenis barang konsumsi “Seharusnya bisa menarik. Tetapi akan kembali ke valuasi dan bisnis plan,” tandas dia.
Baca Juga: Ini sejumlah faktor yang akan mempengaruhi perusahaan dalam melakukan IPO Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati