Ini fokus bisnis Vale Indonesia (INCO) pada tahun 2019



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Sepanjang 2018, PT Vale Indonesia Tbk mencatatkan produksi nikel dalam matte sebanyak 74,806 ton. “Perolehan produksi ini sedikit lebih rendah dari target produksi 75.000 ton pada 2018,” ujar Senior Manager Communication Vale Indonesia, Bayu Aji pada Kontan.co.id, Kamis (31/1).

Sementara itu, pada 2017 emiten berkode saham INCO ini berhasil memproduksi 76.807 metrik ton nikel dalam matte. Penurunan tersebut lebih dikarenakan kandungan rata-rata nikel yang diproduksi lebih rendah di 2018 dan dampak dari kegiatan pemeliharaan yang tidak terencana pada kuartal III 2018.

Mengenai target produksi tahun ini, Bayu belum dapat memastikan berapa angka pastinya. Dalam dengan Kontan.co.id sebelumnya mereka berharap produksi nikel pada tahun ini tetap stabil di angka 75.000 sampai 76.000 metrik ton. Pasalnya, tahun ini mereka bakal menghentikan sementara aktivitas serta perawatan PLTA Larona selama 10 minggu.


Bayu menuturkan, pada tahun ini Vale Indonesia tengah fokus dalam rencana penambangan Blok Bahodopi di Sulawesi Tengah dan Blok Pomalaa Sulawesi Tenggara. “Sesuai rencana, kita menjalin kerjasama dalam bentuk Joint Venture (JV) dengan perusahaan lain untuk melakukan penambangan di Bahodopi. Sementara itu untuk blok Pomalaa, PT Vale akan bekerjasama dengan Sumitomo,” paparnya.

Selain itu, INCO masih fokus dalam pengembangan bisnis dan operasi, khususnya terkait projek peningkatan kapasitas produksi di Blok Sorowako. Guna memuluskan rencana bisnis pada tahun ini, mereka sudah menyiapkan belanja modal sebesar US$ 197 juta. “Kami menggunakan dana internal yang bersumber dari arus kas operasional perusahaan untuk membiayai belanja modal,” sebutnya.

Belanja modal ini juga akan digunakan untuk perbaikan kanal PLTA Larona, penggantian peralatan berat, dan pengembangan area konsesi di Bahodopi. “Tahun ini kita akan mulai mengerjakan projek penguatan bendungan PLTA Larona serta canal lining yaitu upaya memaksimalkan aliran air di kanal PLTA Larona,” imbuhnya.

Sejauh ini mereka memiliki empat PLTA yang berfungksi untuk menyalurkan tenaga listrik ke pabrik produksi nikel. Sudah 15 tahun terakhir, pabrik tambang nikel melakukan major shutdown pada April atau setiap semester pertama. Hal ini diperkirakan bakal mengurangi produksi mereka pada semester pertama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini