JAKARTA. Proses negosiasi perjanjian dagang atau Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) terus berlanjut. Beberapa hal didorong untuk dapat segera diselesaikan dalam proses negosiasi ke-16 RCEP yang berlangsung di Indonesia ini. Sehingga, target penyelesaian perjanjian ini pada tahun depan dapat tercapai. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, proses negosiasi RCEP ini semakin penting di tengah penangguhan beberapa inisiatif perdagangan regional, seperti Trans-Pacific Partnership (TPP) dan Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership. Hal tersebut telah memberikan dampak yang kurang positif bagi sistem perdagangan. Fenomena Brexit di Inggris dan gejolak yang terjadi di beberapa kawasan seperti referendum di Italia dan pengunduran diri Perdana Menteri New Zeland. turut menciptakan ketidakpastian bagi perdagangan dan investasi global.
Dengan kondisi tersebut, RCEP menjadi harapan. "Secara keseluruhan ada kekhawatiran perubahan yang cukup besar di dalam perdagangan dunia, ini membuat mereka (negara-negara) melihat soal RECP ini," kata Enggar, Selasa (6/12). Enggar mengakui, tidak mudah menyatukan kepentingan-kepentingan dari anggota RCEP dalam sebuah kesepakatan. Pasalnya, di dalam keanggotaan RCEP itu terdapat beberapa negara yang tidak memiliki kerjasama sama sekali seperti India dengan Jepang. Selain itu, anggota RCEP ada yang sudah maju ada pula yang masih dalam kategori negara berkembang. Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional (KPI) Kementerian Perdagangan (Kemdag) Iman Pambagyo mengatakan, para perunding masih kesulitan menyepakati modalitas perundingan barang, jasa, investasi, HAKI, perdagangan elektronik. Satu-satunya bidang perundingan yang telah berhasil diselesaikan adalah bab perundingan tentang Kerja Sama Ekonomi dan Teknis. Diharapkan pada putaran perundingan kali ini, dapat diselesaikan bab tentang Usaha Kecil Menengah (UKM), serta kebijakan kompetisi perdagangan. "Kita lagi bangun fondasi untuk masuk ke next step menuju finishing line," kata Iman. Kekuatan ekonomi yang dimiliki negara-negara anggota RCEP akan berkontribusi besar pada perbaikan ekonomi di kawasan. RCEP memiliki populasi sebesar 45% populasi dunia, kombinasi GDP hingga US$ 22,4 miliar mencakup 30% dari total perdagangan dunia serta pertumbuhan negara besar seperti RRT, India, dan Indonesia yang akan mencapai nilai US$ 100 triliun pada 2050.