KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun 2024, pasar rumah tapak di wilayah Jabodetabek menunjukkan kinerja yang stabil meskipun ada penurunan tingkat penjualan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan riset PT Leads Property Services Indonesia, penjualan rumah tapak pada periode Januari hingga September 2024 mencapai 8.100 unit dari total pasokan baru sebanyak 8.600 unit. Pada kuartal IV 2024, diperkirakan pasokan baru akan meningkat sebanyak 3.000 hingga 4.000 unit, sementara proyeksi penjualan berada di kisaran 2.000 hingga 3.000 unit.
Baca Juga: Pengembang Tetap Percaya Diri Merilis Proyek Baru Menjelang Akhir Tahun Secara keseluruhan, hingga akhir tahun, total penjualan rumah tapak diperkirakan mencapai 10.000 hingga 11.000 unit. Hendra Hartono, CEO PT Leads Property Services Indonesia mengatakan bahwa meskipun terjadi penurunan penjualan, kondisi pasar secara keseluruhan tetap positif. "Penurunan ini lebih disebabkan oleh perbedaan tingkat pasokan antara 2023 dan 2024, bukan karena penurunan permintaan yang signifikan," ujar Hendra, Selasa (3/12). Hendra menjelaskan bahwa pada tahun 2023, pasokan rumah tapak melonjak signifikan hingga mencapai 15.000 unit, terutama dari pengembangan di Tangerang. Namun, pada 2024, pasokan kembali normal dengan kisaran 11.000 hingga 12.000 unit per tahun, sehingga tingkat penyerapan terlihat sedikit menurun.
Baca Juga: APERSI Pesimis terhadap Penjualan Rumah Tapak 2024 Fokus pada Rumah Tapak Lebih Terjangkau Tren penurunan harga rumah tapak turut memengaruhi pasar. Menurut Hendra, penurunan ini disebabkan oleh fokus pengembang pada rumah dengan ukuran lebih kecil dan harga lebih terjangkau untuk menyesuaikan dengan preferensi konsumen yang sensitif terhadap harga. "Secara rata-rata, tingkat penjualan rumah di Jabodetabek mencapai lebih dari 90%. Beberapa area seperti Tangerang mencatat tingkat penyerapan lebih tinggi, tetapi secara umum pasar tetap stabil," tambahnya. Untuk mendukung penyerapan rumah tapak, Hendra mengusulkan perpanjangan insentif PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga 100%, baik untuk rumah siap huni maupun rumah
indent.
Baca Juga: Penjualan Rumah Tapak Lesu pada Tahun Politik, REI: Penurunan Hingga 25% Selain itu, pembebasan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) untuk rumah dengan nilai di bawah Rp 3 miliar juga dinilai penting. "Insentif ini sangat membantu pengembang menjual rumah sekaligus mempermudah konsumen, terutama pembeli rumah pertama," jelas Hendra. Sejak 2021, insentif PPN DTP terbukti efektif dalam mendongkrak penjualan rumah tapak. Dengan kebijakan yang mendukung, pasar properti diproyeksikan akan tetap tumbuh meskipun menghadapi tantangan seperti kenaikan harga dan daya beli yang terbatas. Dengan proyeksi pasokan rumah tapak mencapai 12.000 unit dan tingkat penyerapan hingga 94%, pasar properti di Jabodetabek diperkirakan tetap bergairah. Pengembang optimistis dengan prospek positif ini, terutama dengan dukungan berbagai kebijakan pemerintah dan harga rumah yang lebih terjangkau.
"Dengan kebijakan yang mendukung sektor properti, kami yakin pasar rumah tapak akan terus berkembang," pungkas Hendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto