KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha Hutan Indonesia menyambut baik program co-firing biomassa pada pembangkit batubara (PLTU). Pihaknya siap memasok wood chips dengan catatan PT PLN bisa memberikan kontrak jangka panjang dengan harga yang disepakati. Dengan begini pelaku usaha bisa melakukan persiapan yang matang. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), Indroyono Soesilo menyatakan hutan tanaman energi bisa menjadi jawaban atas program co-firing PLN, yaitu mengganti 5% batubara dengan energi biomassa. Industri perhutanan melihat prospek yang menarik dalam program co-firing biomassa ke PLTU karena akan ada 52 PLTU yang terlibat dan semuanya membutuhkan pasokan wood chips. Hutan tanaman energi ini akan memasok potongan kayu berukuran kecil (wood chips) dari pohon Gamal dan Kaliandra yang dua tahun sudah dapat dipanen.
Baca Juga: Pemerintah Atur Harga Patokan Tertinggi Biomassa untuk Co-Firing, Ini Kata Pengusaha “Bila rencana harga biomassa akan ditetapkan Pemerintah dengan koefisien 1,2 kali harga batubara, maka ini akan sangat sesuai untuk program transisi energi mendukung program perubahan iklim,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (14/9). Di samping itu, energi biomassa dari hutan tanaman energi akan membuka lapangan kerja yang sangat banyak karena ada kegiatan menanam, menyiangi dan memanen secara kontinu. Di samping itu, cadangan batubara kita bisa diekspor untuk menghasilkan devisa. Pengusaha yang bergerak di industri perhutanan ini berharap, PT PLN bisa memberikan kontrak jangka panjang pada pemasok wood chips dengan harga yang telah disepakati. “Sehingga para pemasok bisa mempersiapkan bibit, mempersiapkan lahan, menanam, menyiangi dan memanen,” ujarnya. Tanpa kontrak jangka panjang maka akan sulit bagi pengusaha hutan tanaman energi untuk membuat perencanaan. Saat ini salah satu korporasi besar di bidang energi PT Indika Energy Tbk (INDY) sudah mulai masuk ke bisnis solusi berbasis alam (NBS) melalui Indika Nature. Pihaknya melaksanakan pengembangan perkebunan tanaman energi dengan komoditas calliandra seluas 2.000 hektar dan akan berlanjut seluas 15.000 hektar. Calliandra nantinya akan menjadi bahan baku untuk diolah sebagai wood pellet. Pada 8 Agustus lalu, Jaya Bumi Paser (JBP), anak usaha Indika Nature telah melakukan peletakan batu pertama untuk pembuatan pabrik wood pellet. Rencananya, fasilitas ini akan rampung pada November 2023 dengan kapasitas 10 ton per jam. Leonardus Herwindo, CEO Indika Nature menuturkan Indika Nature ingin mulai masuk ke bisnis yang memberikan solusi berbasis alam dengan tujuan memelihara kehidupan yang berkelanjutan.
Baca Juga: PLN Nusantara Power Siapkan Investasi EBT Sebesar Rp 30,6 Triliun Hingga 2030 “Tidak hanya aspek bisnis, namun kami mencoba membangun ekosistem untuk memastikan keberlanjutan di masa depan. Percepatan bisnis harus dilakukan selaras dengan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan,” ujarnya dalam keterangan resmi (9/8).
Produksi wood pellet direncanakan akan diekspor ke luar negeri dengan target utama Jepang dan Korea Selatan. Ke depan, Leonardus juga berharap agar penanaman kaliandra tidak hanya berasal dari Indika Nature, namun dengan transfer pengetahuan dapat juga dilakukan bersama dengan masyarakat, sehingga nantinya dapat dijadikan mata pencaharian alternatif bagi warga di sekitar wilayah operasi. Nantinya, pembangunan pabrik wood pellet akan terus berlanjut sampai dengan total kapasitas 70 ton/jam pada tahun 2027, yang diharapkan dapat beroperasi penuh, dengan kapasitas produksi sebanyak 640.000 ton setiap tahunnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .