Ini Janji Masoud Pezeshkian, Presiden Iran yang Baru Saja Dilantik



KONTAN.CO.ID - DUBAI. Pada Selasa (30/7/2024), presiden baru Iran Masoud Pezeshkian dilantik setelah memenangkan pemilihan umum awal bulan ini.

Dalam pidato resminya, dia berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan dunia dan meringankan pembatasan kebebasan sosial di dalam negeri.

"Kami akan mengupayakan interaksi yang konstruktif dan efektif dengan dunia berdasarkan martabat, kebijaksanaan, dan kemanfaatan," jelas Pezeshkian, seorang yang relatif moderat.


Dia mengungkapkan hal tersebut pada sesi parlemen yang dihadiri oleh pejabat asing dan disiarkan langsung di televisi pemerintah.

Kemenangannya telah mengangkat harapan akan mencairnya hubungan Iran yang bermusuhan dengan Barat, yang mungkin menciptakan peluang untuk meredakan kebuntuan nuklir Iran dengan kekuatan dunia.

Namun Pezeshkian menjabat pada saat ketegangan di Timur Tengah memanas atas konflik Israel dengan Hamas di Gaza dan pertempuran lintas batas dengan sekutu Iran, Hizbullah, di Lebanon.

Iran, yang mendukung kelompok-kelompok yang menggambarkan diri mereka sebagai "Poros Perlawanan" terhadap Israel dan pengaruh AS di Timur Tengah, menuduh Amerika Serikat mendukung apa yang disebutnya kejahatan Israel di Gaza.

Baca Juga: Berlin Serukan Iran dan Pihak Lain agar Mencegah Ketegangan di Timur Tengah

"Mereka yang memasok senjata yang membunuh anak-anak tidak dapat mengajarkan umat Islam tentang kemanusiaan," kata Pezeshkian diiringi teriakan "Matilah Amerika," dan "Matilah Israel".

Para pemimpin sekutu Palestina Iran, Hamas dan Jihad Islam serta perwakilan senior gerakan Houthi Yaman yang didukung Teheran dan Hizbullah Lebanon menghadiri upacara tersebut.

Pezeshkian diharapkan akan membentuk kabinetnya dalam waktu dua minggu. Dia menggantikan Ebrahim Raisi yang tewas dalam kecelakaan helikopter pada bulan Mei.

Sebagai otoritas tertinggi di Iran, Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei memiliki keputusan akhir dalam semua masalah negara, termasuk kebijakan luar negeri dan nuklir.

Ia juga harus menyetujui pilihan Pezeshkian untuk jabatan-jabatan kabinet utama, seperti menteri luar negeri, minyak, dan intelijen.

Selain tekanan yang meningkat dari Barat atas program nuklir Teheran yang berkembang pesat, Pezeshkian menghadapi tugas besar untuk membebaskan Iran dari sanksi AS yang melumpuhkan.

Sanksi ini diberlakukan kembali setelah Washington membatalkan kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar.

Baca Juga: Iran Peringatkan Konsekuensi Serius atas Serangan Israel Atas Lebanon

Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk menyelamatkan perjanjian nuklir dengan enam negara besar telah terhenti sejak 2022, dengan kedua belah pihak saling menuduh atas tuntutan yang tidak masuk akal.

"Pemerintah saya tidak akan pernah menyerah pada intimidasi dan tekanan ... Tekanan dan sanksi tidak berhasil ... dan rakyat Iran harus diajak bicara dengan hormat," kata Pezeshkian.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie