Ini jurus BI menangkal risiko fluktuasi nilai tukar rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memastikan terus hadir untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai fundamental dan mekanisme pasar. Apalagi, saat ini ada risiko dari dampak global spillover dengan kenaikan yield US Treasury. 

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI sudah memiliki jurus untuk menangkal hal itu. Salah satunya, dengan kebijakan triple intervention yang bahkan sudah dilakukan bank sentral selama ini. 

“Yaitu dengan intervensi di pasar spot, pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder,” jelas Perry dalam konferensi pers KSSK, Senin (3/5). 


Selain menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, bank sentral juga tetap menjaga stabilitas moneter, yaitu dengan menurunkan suku bunga secara agresif sehingga saat ini suku bunga bergerak di level 3,5% atau terendah sepanjang sejarah. 

Kemudian, dari sisi makro prudensial, BI juga menyusun kebijakan akomodatif dengan mempertahankan rasio countercyclical buffer (CCB) sebesar 0%. 

Baca Juga: Sri Mulyani tegaskan stabilitas sistem kuangan di kuartal I 2021 normal

Ada juga kebijakan rasio penyangga likuiditas makro prudensial (PLM) sebesar 6% dengan fleksibilitas repo 6% dan rasio PLM syariah sebesar 4,5% dengan fleksibilitas repo sebesar 4,5%. 

Pun, intermediasi perbankan BI juga memperkuat kebijakan rasio intermediasi makro prudensial (RIM) dengan melonggarkan ketentuan loan to value (LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi 100% dan menentukan uang muka kredit kendaraan bermotor menjadi 0%. 

“Kebijakan sistem pembayaran, kami juga mempercepat program digitalisasi untuk mendukung digitalisasi ekonomi dan keuangan secara nasional dalam rangka dukung pemulihan ekonomi nasional,” tandasnya. 

Pada perdagangan hari ini, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah tipis 0,04% ke level Rp 14.450 per dolar AS. 

Selanjutnya: Loyo, rupiah spot ditutup melemah ke Rp 14.450 per dolar AS pada hari ini (3/5)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari