Ini jurus Boediono merayu para investor



JAKARTA. Wakil Presiden (Wapres) Boediono secara terang-terangan mengajak para investor mau menanamkan modalnya di Indonesia. Rayuan Boediono ini disampaikan saat membuka Indonesia Investment Summit di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Selasa (6/11). Dihadapan 500 orang peserta dari berbagai negara yang terdiri dari CEO, pengusaha, pemikir, akademisi dan pejabat pemerintah, Boediono menjabarkan keunggulan Indonesia. Menurutnya, Indonesia sangat diberkati dengan sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya alam manusia yang tangguh. Pasar domestik yang besar dan terus berkembang secara pesat. "Struktur umur penduduk kita masih muda, membuka potensi untuk meraup dividen demografis yang signifikan di tahun-tahun mendatang," katanya, Selasa (6/11). Satu lagi keunggulan Indonesia sebagai tujuan berinvestasi yakni stabilitas politik yang terus terjaga. Meski sebelumnya mengalami banyak rintangan, pada akhirnya proses reformasi yang dijalani telah berhasil dan menempatkan pada demokrasi yang sudah sesuai jalurnya. Kemudian pengalaman mengantisipasi krisis global tahun 2008 menjadi modal besar untuk menjaga laju pertumbuhan ekonomi. Setidaknya sampai saat ini laju pertumbuhan tetap terjaga sekitar 6%. "Kami terus belajar dari pengalaman sendiri," tambahnya.Pemerintah berusaha menggenjot investasi untuk menahan penurunan kontribusi ekspor pada pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal ketiga 2012, untuk pertama kalinya investasi memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan domestik bruto, yaitu sebesar 11,2%. BKPM mencatat angka realisasi investasi penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing periode Januari sampai September 2012 mencapai US$25,54 miliar atau 81,1% dari target tahun 2012 (US$31,5 miliar) dan meningkat sebesar 27% dari periode sebelumnya. Tahun ini, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5%. Pada semester I tahun 2012 perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 6,3% menjadikan Indonesia sebagai negara anggota G20 dengan pertumbuhan terpesat sesudah China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can