JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menangani kredit bermasalah (NPL). Sampai kuartal 2 2017 NPL bank berkode BMRI ini sebesar 3,82% atau turun 4 basis poin (bps) dari periode sama 2016 sebesar 3,86%. NPL Bank Mandiri pada kuartal 2 2017 ini mayoritas disumbangkan oleh sektor komersial dan usaha kecil dan menengah (UKM/SME). Tercatat NPL di kedua sektor ini maing-masing adalah 10,77% dan 3,4%. Dengan NPL ini pada kuartal 2 2017 bank harus melakukan pencadangan sebesar 9,3 triliun atau naik 5,6 dari periode sama 2016. Rasio pencadangan bank sampai Juni 2017 tercatat 134,17% atau naik dibandingkan periode sama 2016 112,69%. Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank Mandiri mengatakan untuk mengatasi NPL ini, bank berkode BMRI ini sudah menyiapkan 5 strategi. Lima strategi ini adalah restrukturisasi awal, penagihan, manajemen kredit portofolio, meningkatkan fungsi pengawasan dan menerapkan peringatan dini terhadap NPL. “Untuk restrukturiasi ini dilakukan dengan percepatan debitur yang masih mempunyai prospek usaha dan iktikad baik,” ujar Siddik, ketika paparan kinerja, Rabu (19/7). Selain itu bank Mandiri juga akan melakukan penagihan secara intensif hingga melakukan litigasi terhadap debitur yang tidak kooperatif. Bank juga memonitor pertumbuhan kredit dengan portofolio yang sudah ditentukan sebelumnya. Bank juga membangun fungsi pengawqasan kredit yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia untuk memastikan proses pemberian kredit telah dilakukan sesuai aturan dan kebijakan. Terakhir adalah memastikan kontril kepada penurunan kualitas kredit baik debitur lancar atau ddebitur yang telah dilakukan pengawasan setelah proses restrukturisasi. Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan dengan beberapa strategi tersebut diharapkan NPL pada akhir 2017 bisa lebih rendah yaitu menjadi 3,6% sampai 3,5%. “Dengan perbaikan kualitas kredit , pendangan semester 2 juga diharapkan juga mengalami penuruan sehingga laba bisa meningkat,” ujar Tiko. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini jurus Mandiri pangkas NPL ke level 3,5%
JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk sudah menyiapkan beberapa strategi untuk menangani kredit bermasalah (NPL). Sampai kuartal 2 2017 NPL bank berkode BMRI ini sebesar 3,82% atau turun 4 basis poin (bps) dari periode sama 2016 sebesar 3,86%. NPL Bank Mandiri pada kuartal 2 2017 ini mayoritas disumbangkan oleh sektor komersial dan usaha kecil dan menengah (UKM/SME). Tercatat NPL di kedua sektor ini maing-masing adalah 10,77% dan 3,4%. Dengan NPL ini pada kuartal 2 2017 bank harus melakukan pencadangan sebesar 9,3 triliun atau naik 5,6 dari periode sama 2016. Rasio pencadangan bank sampai Juni 2017 tercatat 134,17% atau naik dibandingkan periode sama 2016 112,69%. Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Risiko dan Kepatuhan Bank Mandiri mengatakan untuk mengatasi NPL ini, bank berkode BMRI ini sudah menyiapkan 5 strategi. Lima strategi ini adalah restrukturisasi awal, penagihan, manajemen kredit portofolio, meningkatkan fungsi pengawasan dan menerapkan peringatan dini terhadap NPL. “Untuk restrukturiasi ini dilakukan dengan percepatan debitur yang masih mempunyai prospek usaha dan iktikad baik,” ujar Siddik, ketika paparan kinerja, Rabu (19/7). Selain itu bank Mandiri juga akan melakukan penagihan secara intensif hingga melakukan litigasi terhadap debitur yang tidak kooperatif. Bank juga memonitor pertumbuhan kredit dengan portofolio yang sudah ditentukan sebelumnya. Bank juga membangun fungsi pengawqasan kredit yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia untuk memastikan proses pemberian kredit telah dilakukan sesuai aturan dan kebijakan. Terakhir adalah memastikan kontril kepada penurunan kualitas kredit baik debitur lancar atau ddebitur yang telah dilakukan pengawasan setelah proses restrukturisasi. Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan dengan beberapa strategi tersebut diharapkan NPL pada akhir 2017 bisa lebih rendah yaitu menjadi 3,6% sampai 3,5%. “Dengan perbaikan kualitas kredit , pendangan semester 2 juga diharapkan juga mengalami penuruan sehingga laba bisa meningkat,” ujar Tiko. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News