KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga nikel tercatat masih turun, meskipun mulai mengalami kenaikan dalam sebulan terakhir. Melansir Trading Economics, Rabu (13/3), harga nikel turun 20,07% secara tahunan. Namun, harga nikel sudah naik 14,49% dalam sebulan terakhir ke US$ 18.325 per ton. Hal ini pun menjadi perhatian sejumlah emiten nikel. Salah satunya adalah PT Trimegah Bangun Persada Tbk (
NCKL) alias Harita Nickel.
Investor Relations NCKL Lukito Gozali melihat, volatilitas harga nikel, yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti ketegangan geopolitik global, peningkatan kapasitas produksi, serta dinamika pasar kendaraan listrik (EV) dan kondisi ekonomi global. Kondisi ini pun dilihat sebagai tantangan dan peluang oleh NCKL. Harita Nickel pun optimistis harga nikel akan kembali stabil, bahkan menguat pada periode tahun 2024-2025. “Penguatan harga nikel didukung oleh perkiraan pemulihan ekonomi global dan peningkatan permintaan terhadap nikel, terutama dari industri baterai kendaraan listrik dan produksi stainless steel,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (13/3). Baca Juga:
Galang Dana di Pasar Modal, NCKL Gadang Rencana Akuisisi Berdasarkan hitungan NCKL, peningkatan penjualan mobil listrik bisa mencapai 27 juta unit per tahun pada tahun 2026. Di sisi lain, terdapat proyeksi pertumbuhan produksi stainless steel global dalam beberapa tahun ke depan. “Hal ini memberikan keyakinan bahwa permintaan terhadap nikel, khususnya untuk kendaraan listrik dan stainless steel akan terus meningkat. Kami pun masih berinvestasi dalam pengembangan kapasitas produksi dan efisiensi operasional,” paparnya. NCKL menargetkan produksi feronikel di tahun 2024 sebanyak 120.000 ton kandungan nikel dalam feronikel. Angka ini dicapai melalui dua smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang telah beroperasi secara penuh. Yaitu, PT Megah Surya Pertiwi (MSP) dengan kapasitas terpasang 25.000 ton kandungan nikel dalam feronikel dan PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dengan kapasitas terpasang 95.000 ton kandungan nikel dalam feronikel. Sementara, untuk produk mixed hydroxide precipitate (MHP) melalui PT Halmahera Persada Lygend (HPL) memiliki kapasitas terpasang 55.000 ton kandungan nikel dalam MHP. Produksi MHP akan meningkat setelah beroperasinya PT Obi Nickel Cobalt (ONC) yang memiliki kapasitas terpasang 65.000 ton kandungan nikel dalam MHP.
“Produksi ONC akan berkisar di rentang 20.000 ton - 30.000 ton, seiring dengan pengoperasian tiga jalur produksi MHP yang akan dilakukan secara bertahap sepanjang tahun 2024,” tuturnya. Lukito memaparkan, NCKL terus berfokus untuk meningkatkan nilai tambah dari produk turunan nikel. Oleh karena itu, Perseroan menghargai komitmen pemerintah terhadap hilirisasi di Pulau Obi, yang kini telah ditetapkan sebagai Obyek Vital Nasional dan Proyek Strategis Nasional. “Kami berharap dukungan dan insentif pemerintah terus berlanjut untuk mendorong pertumbuhan hilirisasi dan industrialisasi nikel,” paparnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari