Ini kasus COVID-19 pertama AS yang tak terkait China dan negara terinfeksi lainnya



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Departemen kesehatan masyarakat AS melaporkan kasus pertama COVID-19 pada seseorang yang belum melakukan perjalanan ke daerah yang terkena dampak dan tidak memiliki kontak dengan siapa pun yang terinfeksi virus.

Melansir People's Daily, pasien tersebut adalah penduduk Solano County California, utara San Francisco.

Itu adalah desa yang sama dengan pangkalan Angkatan Udara Travis, salah satu pusat karantina AS.


Baca Juga: BTS batalkan konser di Seoul karena virus corona, bagaimana negara lain?

Dalam konferensi pers Gedung Putih pada hari Rabu, Presiden Trump mengatakan, "Kami sangat siap untuk  apa pun, apakah itu akan menjadi proporsi yang lebih besar atau apakah kita berada di level yang sangat rendah atau tidak."

Dalam kesempatan itu, Trump juga mengumumkan Wakil Presiden Mike Pence akan memimpin respons federal terhadap krisis.

Pejabat kesehatan masyarakat memperingatkan kemungkinan virus akan menyebar di AS.

Baca Juga: Agen mata-mata AS monitor penyebaran virus corona, ada kecemasan besar tentang India

"Virus ini tidak menghormati perbatasan. Virus tidak membedakan antara ras atau etnis. Ia tidak memedulikan PDB atau tingkat pembangunan suatu negara. Intinya bukan hanya untuk mencegah kasus-kasus tiba di negara Anda. Intinya adalah apa yang Anda lakukan ketika Anda memiliki kasus ini," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. 

WHO tidak merekomendasikan penutupan perbatasan dan China keberatan dengan langkah tersebut.

Baca Juga: China hukum 2.556 orang dalam kasus satwa liar di tengah wabah virus corona

Sebelumnya, Trump memberlakukan pembatasan bagi warga negara asing yang datang dari China. Namun, karena wabah itu tampaknya mulai mereda di Tiongkok, dia kemungkinan akan segera mencabut pembatasan perjalanan itu. Akan tetapi, tambah Trump, AS mungkin menerapkan langkah-langkah serupa bagi orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke negara lain yang mengalami wabah.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie