KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang komoditas terus menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS), meskipun harga komoditas mengalami pergerakan yang cenderung volatil. Berdasarkan data dari Trading Economics, pada Jumat (30/8), pasangan mata uang NZD/USD tercatat mengalami kenaikan sebesar 5% dalam sebulan terakhir. Sementara itu, pasangan USD/CHF melemah 3,23%, dan USD/CAD melemah 2,28% dalam periode yang sama.
Brahmantya Himawan, Analis dari Finex Bisnis Solusi Future mengungkapkan bahwa penguatan NZD/USD didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga yang signifikan oleh Federal Reserve (Fed).
Baca Juga: Kurs Rupiah Hari Ini Diproyeksi Tertekan PDB Amerika Selain itu, kepercayaan bisnis di Selandia Baru naik ke level tertinggi dalam satu dekade terakhir. "Pada bulan Agustus 2024, indeks kepercayaan utama dari survei tersebut naik menjadi 51," ujar Brahmantya kepada Kontan.co.id, Kamis (29/8). Sementara itu, USD/CHF mendapatkan momentum penguatan akibat meningkatnya ketegangan geopolitik akhir-akhir ini. Ketidakpastian ekonomi global meningkatkan permintaan terhadap mata uang
safe haven seperti franc Swiss (CHF). Untuk pasangan USD/CAD, penguatan lebih didorong oleh kenaikan harga minyak yang merupakan komoditas utama Kanada.
Baca Juga: Rupiah Ungguli Mayoritas Mata Uang Utama, Ini Pendorongnya Brahmantya menjelaskan bahwa kenaikan harga minyak biasanya berdampak langsung pada nilai dolar Kanada. "Secara umum, ketika harga minyak naik, dolar Kanada juga menguat karena meningkatnya permintaan terhadap mata uang tersebut," paparnya. Ke depan, Brahmantya memproyeksikan mata uang komoditas akan tetap diunggulkan, terutama dengan potensi penurunan suku bunga yang semakin mendekat. Menurutnya, jika suku bunga turun dengan skenario soft landing, maka ekonomi akan pulih lebih baik dan permintaan terhadap komoditas akan meningkat. Namun, Brahmantya juga mengingatkan pasar untuk mencermati hasil pemilihan Presiden AS mendatang, karena kebijakan AS akan sangat mempengaruhi perekonomian global. "Terutama jika Trump memenangkan pemilu, pasar komoditas dapat terpecah karena Trump yang pro transisi energi, sehingga bisa membuat pasar komoditas menjadi terfragmentasi," ujarnya.
Baca Juga: Rupiah Diproyeksi Melemah pada Perdagangan Senin (1/9) Ia menambahkan, jika pemangkasan suku bunga terjadi dengan skenario soft landing, ekonomi akan menunjukkan perbaikan. Namun, jika terjadi hard landing, ada potensi resesi global lebih lanjut. Oleh karena itu, besaran pemangkasan suku bunga pada bulan September akan sangat menentukan arah perekonomian ke depan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto