Ini kata analis soal melonjakkan kapitalisasi HMSP



JAKARTA. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) berhasil lompat ke posisi empat sebagai emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia per kuartal I-2015. HMSP menggeser PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang sebelumnya ada di posisi empat besar.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai kapitalisasi pasar HMSP per akhir Maret 2015 mencapai Rp 322,04 triliun. Nilai pangsa pasar HMSP ini melonjak dari Rp 285,77 triliun per akhir Februari 2015 dan menempati posisi ke lima.

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) juga berhasil merangsek ke peringkat lima dengan market cap terbesar dan posisi ketujuh di bulan sebelumnya. Total nilai kapitalisasi pasar UNVR pun meningkat dari 274,68 triliun menjadi Rp 302,52 triliun.


Naiknya HMSP dan UNVR membuat TLKM merosot hingga dua tingkat lebih rendah, yakni ke posisi ke enam. Nilai kapitalisasi pasar BUMN halo-halo ini sekitar Rp 291,31 triliun per akhir Maret 2015. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga tergelincir ke posisi tujuh setelah sebelumnya ada di peringkat enam.

Satrio Utomo, Analis Universal Broker Indonesia mengatakan penurunan harga saham TLKM disebabkan tiga faktor yakni pertama pertumbuhan kinerja perseroan di bawah ekspektasi pasar. Kedua, pelemahan rupiah mengurangi minat pasar terhadap saham TLKM karena pendanaan capex perusahaan ini banyak berdenominasi dollar AS.

Ketiga, penurunan harga saham TLKM diakibatkan gonjang-ganjing tukar guling saham anak usahanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) kepada PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG). Satrio bilang, banyak orang yang tidak senang dengan penjualan tersebut karena harganya ketinggian namun tetap tidak bisa mendapat saham mayoritas di TBIG.

Namun, Satrio melihat prospek TLKM masih cukup positif karena secara bisnis merupakan perusahaan telekomunikasi yang paling inovatif. “Jika ke depan dia menjaga market share-nya dia masih akan tetap bisa tumbuh,” kata Satrio pada KONTAN, Kamis (7/4).

Adapun kapitalisasi HMSP menurut Satrio naik lantaran jumlah saham beredar di public tidak terlalu besar sehingga sahamnya tidak terlalu likuid. Maka saat indeks tertekan HSMP tidak terlalu mengalami tekanan. Satrio melihat prospek HSMP tidak terlalu cerah karena saham tidak terlalu likuid dan orang banyak berharap agar emiten produsen rokok ini delisting agar saham dilepas lagi ke pasar.

Prospek UNVR menurutnya masih cukup cerah karena kebutuhan barang consumer masih tetap besar. Namun, pertumbuhannya akan sangat tergantung pada pertumbuhan ekonomi. Satrio melihat, harga saham UNVR cenderung naik karena sahamnya tergolong premium.

Sementara Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri memandang penurunan saham TLKM tidak ada hubungan dengan rencana tukar guling saham Mitratel. Dia menilai, penurunan tersebut wajar di tengah tekanan indeks saham. Apalagi kata dia, pertumbuhan perusahaan telekomunkasi ini tidak sesuai ekspektasi pasar.

Sementara harga HSMP cenderung masih di atas ketika indeks terkoreksi karena sahamnya tidak terlalu liquid. Adapun harga saham UNVR mengalami kenaikan karena laba bersihnya masih naik tinggi kendati terjadi perlambatan ekonomi sepanjang kuartal I.

Hans melihat HSMP masih berjuang untuk tumbuh. Namun ke depan, dia melihat laba bersih perusahaan rokok ini akan mengalami perlambatan karena kebijakan pemerintah tentang rokok. “Dua tiga tahun ke depan pertumbuhannya akan flat,” kata Hans.

Sementara prospek UNVR menurutnya masih cukup cerah karena kebutuhan akan barang-barang consumer masih tinggi kendati pun ekonomi melambat. Namun, Hans melihat pertumbuhan saham UNVR hingga akhir tahun akan terbatas karena PER-nya sudah tinggi yakni hampir mencapai 50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto