Ini kata analis tentang likuiditas saham usai stock split



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mengumumkan rencana perseroan untuk melakukan perubahan nominal saham atau stock split.

UNVR akan mengusulkan rencana tersebut di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Namun, bagaimana sebetulnya nasib saham-saham yang sudah melakukan aksi korporasi itu?


Sepanjang tahun 2019 ini, tercatat ada 18 emiten yang melakukan stock split saham. Antara lain;  SQMI, MARK, ALDO, ZINC, LPIN, TOBA, CARS, MAMI, LPKR, LPCK, TAMU, GOLD, PTSN, TMAS, BRPT, dan JSKY.

Sementara, dalam waktu dekat ini deretan emiten yang juga akan melakukan aksi korporasi itu ada MDKA, BCAP, ANDI, dan UNVR.

Baca Juga: Unilever Indonesia (UNVR) gaet UEBC untuk digitalisasi operasional perseroan

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menyatakan stock split akan membuat saham-saham menjadi lebih likuid karena harga yang dipecah dan persebaran saham meningkat.

Menurut William, triknya sederhana untuk investor mengetahui apakah split tersebut memungkinkan diikuti atau tidak.

"Triknya sederhana. Investor perlu melihat tren sebelum stock split saham. Jika sebelum split sudah mengalami uptrend, maka umumnya saham setelah split masih akan uptrend," ujar William kepada Kontan, Senin (30/9).

Wiliam memaparkan saham TMAS, PTSN, TAMU, CARS, JSKY, BRPT, GOLD, dan MAMI pasca stock split termasuk saham-saham yang likuid dan mengalami kenaikan transaksi.

Baca Juga: Akan Stock Split, Begini Rekaman Perdagangan Saham UNVR Hari Ini

Pada waktu yang sama, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama juga menyatakan saham TMAS setelah stock split menjadi lebih likuid. Namun, ia menargetkan harga TMAS likuidnya maksimal ke level Rp 212 per saham.

Editor: Yudho Winarto