Ini Kata Bos Petronas Soal Keputusan Masuk ke Blok Masela



KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Anak perusahaan Petronas, Petronas Masela Sdn. Bhd. menandatangani Perjanjian Jual Beli (Sale Purchase Agreement/SPA) dengan Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (Shell) untuk mengakuisisi 15% partisipasi interes dalam Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja Masela (WK Masela). 

Transaksi ini masih dalam proses penyelesaian yang bergantung pada persetujuan regulasi dan pemenuhan kondisi-kondisi preseden. 

Salah satu alasan perusahaan asal Malaysia ini tertarik masuk ke Blok Masela ialah untuk menguatkan portofolio LNG globalnya. 


Akuisisi tersebut merupakan bagian dari penawaran bersama atau joint bidding antara Petronas Masela dan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) di mana keduanya akan mengakuisisi seluruh partisipasi interes milik Shell sebesar 35% pada WK Masela. 

Baca Juga: WK Bunga dan Bireun Sigli Sudah Laku, Segini Rincian Total Investasinya

PHE juga menandatangani SPA dengan Shell untuk mengambil alih 20% partisipasi interest (PI). Inpex Masela Ltd. (INPEX), sebagai operator WK Masela, memegang sisa PI sebesar 65%. 

President & Group CEO Petronas, Tan Sri Tengku Muhammad Taufik mengatakan, akuisisi ini merupakan tonggak penting dalam pengembangan portofolio bisnis Petronas di Indonesia. Dia juga bersemangat dapat ikut berpartisipasi pada pengelolaan Wilayah Kerja Masela yang merupakan salah satu proyek strategis di Indonesia. 

“Ketiga mitra sangat memahami kawasan ini memerlukan energi dan LNG. Saya rasa ketiga mitra dalam posisi yang jelas bahwa LNG menawarkan bahan bakar transisi energi dan renewable yang dapat diandalkan,” jelasnya di ICE BSD, Selasa (25/7). 

Dia mengatakan, keterlibatan ini menegaskan komitmen Petronas dalam mendukung target produksi Pemerintah Indonesia untuk mencapai 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari pada tahun 2030. 

Proyek ini juga memberikan kesempatan bagi Petronas untuk turut berkontribusi dengan keahlian teknis dalam pengembangan dan monetisasi wilayah kerja. 

“Selain itu juga memperkuat portofolio LNG global kami untuk memenuhi permintaan energi rendah karbon yang semakin meningkat di Indonesia,” ungkapnya. 

Tan Sri berharap untuk dapat menjalin kerja sama yang erat dengan mitra-mitranya yakni PHE, INPEX, dan SKK Migas, dalam membuka potensi penuh dari aset ini. Sembari pihaknya tetap berfokus pada tanggung jawab lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal. 

Selain mengembangkan LNG, kerja sama di Blok Masela juga mencakup pengembangan Carbon Capture Storage (CCS). Tan Sri menyatakan pengembangan CCS sebagai salah satu hal kritis yang harus dilakukan dalam industri migas. 

Baca Juga: IPA: Blok Masela dan IDD Proyek Gas Penting untuk Dukung Transisi Energi

“Rencana pembangunan juga harus mempertimbangkan pengurangan emisi karbon,” tegasnya. 

Di sisi lain, dia juga melihat bahwa Indonesia memiliki potensi penyimpanan karbon yang besar dalam pengembangan CCS ke depannya. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM yang mengutip hasil kajian Rystad Energy memperkirakan lebih dari 400 giga ton CO2 pada reservoir migas dan saline aquifer Indonesia.

Saat ini, Petronas merupakan operator dari Kontrak Kerja Sama Ketapang, North Madura II, dan North Ketapang yang terletak di lepas pantai Jawa Timur dan merupakan mitra dari enam Kontrak Kerja Sama lainnya yang terletak di daratan dan lepas pantai Sumatra, Laut Natuna, Jawa Timur, dan juga Indonesia Timur. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi