Ini kata ekonom soal penerimaan negara yang bisa lampaui Rp 1.894 triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerimaan negara tahun lalu mencatatkan hasil yang baik. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, penerimaan negara dari sisi perpajakan, bea dan cukai hingga Penerimaan Negara Bukan Pajak menunjukkan pertumbuhan yang pesat. Penerimaan negara pun diperkirakan bisa melampaui target yang ditetapkan dalam APBN 2018 yang sebesar Rp 1.894,7 triliun. Tak hanya dari sisi penerimaan, defisit APBN pun bisa sebesar 1,72% atau berada dibawah UU APBN 2018 yang sebesar 2,19%. Lalu, keseimbangan primer mengalami surplus Rp 4,1 triliun Melihat capaian ini, ekonom Center of Reform on Economics (Core) Pieter Abdullah mengapresiasi kinerja pemerintah. "Pencapaian ini, terlepas adanya faktor kenaikan harga BBM dan pelemahan rupiah, merupakan suatu prestasi," tuturnya kepada Kontan.co,id, Selasa (1/1). Meski mencatat kinerja yang baik, Pieter pun mengingatkan supaya pemerintah tetap berati-hati di 2019. Pasalnya, adanya perbaian fiskal tidak berarti Indonesia akan tahan dengan goncangan. Menurut Pieter, Indonesia masih tetap rentang terhadap gejolak eksternal. Di tengah perbaikan fiskal saat ini pun, Indonesia masih mengalami perburukan neraca perdagangan dan transaksi berjalan. "Artinya, walaupun kinerja fiskal kita membaik tetapi kinerja ekspor kita melambat dan mengakibatkan defisit transaksi berjalan melebar. Rupiah terancam pelemahan ketika arus modal tidak mampu menutup lebarnya defisit transaksi berjalan," terang Pieter. Penerimaan negara yang mencapai target ini, menurut Pieter, adalah sebuah modal yang baik dalam memasuki 2019 yang masih akan pernuh dengan tantangan. Ini akan memberikan sentimen positif bagi pelaku usaha dan investor. Dimana, Investor akan lebih yakin terhadap perekonomian indonesia. Tetapi, hal ini bisa terjadi bila tidak terjadi gejolak global. "Perekonomian kita memang harus diakui sangat bergantung ke ekonomi global. Walaupun kita punya modal bagus di domestik kalau terjadi gejolak global kinerja ekonomi kita bisa tertahan atau bahkan menurun," jelas Pieter. Menurut Pieter, bila 2019 tidak banyak diwarani oleh drama perang dagang atau beragam hal yang memicu sentimen negatif pada investor untuk memindahkan investasinya dari Indonesia, maka perekonomian Indonesia akan lebiih aman. "Tetapi bila terjadi sebaliknya, kita akan kembali melihat bagaimana rupiah mengalami gonjang ganjing yang kemudian akan berdampak ke inflasi dan sebagainya," tambah Pieter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Azis Husaini