KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Grup Salim atau Anthoni Salim akan turut ambil bagian dalam
private placement yang dilakukan PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) melalui perusahaan cangkang asal Hong Kong. Dalam dokumen keterbukaan informasi, Grup Salim akan masuk lewat dua perusahaan cangkang, yakni Mach Energy Limited (MEL) dan Treasure Global Investment (TGIL). PT Bakrie Capital Indonesia (BIC) menggenggam 42,50% saham MEL di bawah kendali Grup Bakrie. Kemudian ada Clover Wide Limited yang punya 15% saham MEL.
Baca Juga: Harga saham BUMI PTBA ITMG ADRO Tren Naik, Hari Ini (10/10) Layak Beli / Jual? Lalu, saham MEL juga dimiliki oleh Mach Energy Pte Ltd yang berkedudukan di Singapura sebesar 42,50%. Perusahaan ini ada di bawah kendali Anthoni Salim atau Grup Salim. Mach Energy Limited ini akan mengambil 85% dari saham yang dilepas BUMI lewat
private placement. Sisanya 15% akan diambil Treasure Global Investment. Sementara, PT Aswana Pinasthika menggenggam 16,15% saham TGIL dan dikendalikan oleh Agoes Projosasmito. Sisanya 83,85% saham TGIL dikempit oleh Mach Energy Pte. Ltd, yang dikendalikan oleh Anthoni Salim. Dengan asumsi Agoes Projosasmito merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anthoni Salim di Grup Bakrie, maka kepemilikan Grup Salim atas saham BUMI dari aksi PMTHMETD tersebut adalah sekitar 127.750.000.000 saham BUMI atau setara 37,15% dari total modal BUMI yang ditempatkan dan disetor penuh pasca PMTHMETD.
Baca Juga: Pebisnis Ramai-ramai Masuk Bisnis Batubara Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengamati, masuknya Grup Salim ke dalam BUMI Salim dinilai ditengarai oleh ambisi Grup Salim untuk masuk ke bisnis batubara, menyusul grup konglomerasi besar lainnya yang telah memiliki tambang batubara. Sektor energi dinilai masih menarik. Memang sektor batubara bersifat siklikal, dalam artian suatu saat akan mengalami penurunan. Tetapi dalam jangka pendek, Teguh menilai sektor ini masih memiliki prospek yang oke. Sementara itu, jika melakukan akuisisi tambang batubara saat ini, kocek yang mesti dikeluarkan Grup Salim pasti lebih mahal, mengingat harga komoditas energi tersebut sedang di atas angin “Tambang batubara tidak ada yang dijual murah, di sisi lain sekarang ada BUMI yang posisinya membutuhkan uang untuk restrukturisasi utang,” terang Teguh kepada Kontan.co.id, Minggu (9/10).
Baca Juga: Pasca Seperempat Abad, Bakrie Kini Akan Berbagi Kendali di BUMI dengan Grup Salim Hemat Teguh, dengan masuknya Grup Salim, bukan tidak mungkin posisi Salim akan setara dengan Bakrie sebagai pengendali sebelumnya, atau bahkan lebih besar dominasinya terhadap BUMI. BUMI, meskipun masih memiliki utang yang banyak, tercatat memiliki potensi tambang batubara yang besar. Anak usaha BUMI, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) merupakan tambang batubara terbesar di Indonesia dengan angka produksi hampir mencapai 100 juta ton batubara per tahun. Sehingga, jika dilihat dari cadangan dan volume produksi batubara, nilai investasi yang dibenamkan grup Salim ke BUMI terhitung murah.
Baca Juga: Sektor Energi Masih Memimpin Kenaikan di Pasar Saham, BUMI Jawara Tim Riset Samuel Sekuritas Indonesia dalam riset tertanggal 6 Oktober 2022 menyebut, jika PMTHMETD yang dilakukan BUMI pada Oktober 2022 berjalan lancar, BUMI berpotensi meraup dana segar hingga Rp 24 triliun atau setara US$ 1,6 miliar, yang seharusnya cukup untuk melunasi semua utang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) senilai US$ 1,54 miliar. Hal ini berpotensi menjadi katalis positif bagi BUMI. Sebab, jika utang PKPU lunas terbayar, BUMI dapat menghemat hingga US$ 130 juta per tahun. Ini juga bisa meningkatkan earning per share (EPS) BUMI sekitar 15% dan mengubah BUMI menjadi perusahaan dengan
net cash pada tahun 2023. Di samping itu, Samuel Sekuritas juga menilai BUMI berpotensi masuk dalam indeks MSCI Indonesia pada November mendatang, mengingat nilai kapitalisasi pasarnya yang sudah melebihi US$ 1 miliar, dengan
average daily trading volume (ADTV) US$ 15,6 juta per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati