Ini kata Unilever tentang persyaratan dagang yang adil



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persyaratan perdagangan (trading terms) kerap menimbulkan ketegangan antara pemasok dengan peritel dari toko modern. Tak jarang, pemasok kesulitan untuk memasok barang dagangannya karena peritel menetapkan biaya yang cukup tinggi.

Beban biaya yang tinggi menyulitkan bagi pelaku usaha kecil dan menengah untuk mengembangkan usahanya, jika tidak didistribusikan ke pasar modern. Akibatnya, mereka mengalami kerugian besar karena tidak memiliki pendanaan yang kuat untuk menutupi biaya-biaya tersebut.

Untuk menghindari hal itu terulang, Unilever Indonesia sebagai salah satu pemasok produk makanan, minuman, pembersih, dan juga perawatan tubuh ini mempertimbangkan kemitraan yang adil antara pemasok dan peritel.


Makanya, hingga saat ini Unilever mengaku tidak pernah menghadapi masalah serius untuk memenuhi trading term tersebut.

“Pada prinsipnya, kemitraan yang baik dan berkesinambungan senantiasa didasarkan atas prinsip win-win. Demikian juga kami dalam bermitra dengan patner-patner kami,” kata Sancoyo Antariksa Direktur Unilever Indonesia ketika dihubungi KONTAN, Kamis (8/3).

Sancoyo menekankan kemitraan yang dibangun mesti mempertimbangkan kerjasama yang menguntungkan antara kedua pihak. “Artinya dengan prinsip kerja sama untuk sama-sama tumbuh,” kata dia.

Hingga saat ini pihak Unilever tetap akan memasok produknya ke pasar modern, salah satunya Carrefour. “Sepanjang pengetahuan saya tidak ada niatan kami menyetop kerjasama dengan pihak carrefour,” ungkap Sancoyo.

Namun, Sancoyo enggan merinci target transaksi maupun volume produksi tahun 2018 yang akan disalurkan ke Carrefour. Sementara untuk penambahan kapasitas produk secara keseluruhan, pihaknya mempertimbangkan kebutuhan perusahaan.

“Kami akan tetap terus berusaha untuk tumbuh dengan strategi 4G. Consistent Growth, Competitive Growth, Profitable Growth dan Responsible,” imbuh Sancoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi