KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah katalis positif dinilai bisa menjadi pendorong kinerja PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) ke depan. Analis Samuel Sekuritas Indonesia Muhammad Farras Farhan mengatakan, bisnis kawasan industri akan menjadi pendorong pertumbuhan AKRA di tahun mendatang Di tahun ini, Samuel Sekuritas melihat AKRA akan mendapatkan Rp 600 miliar dari penjualan lahan dan akan meningkat pula ke depannya seiring dengan peningkatan luas lahan yang dijual. Perlu dicatat, dari hasil penjualan ini nantinya akan dialokasikan untuk penyediaan utilitas bagi
tenants (penyewa) di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik, sehingga AKR Corporindo akan mendapatkan
recurring income dari utilitas.
Tahun ini, Farras memproyeksikan penjualan lahan di JIIPE mencapai 25 hektare (ha). Sementara untuk tahun depan, bisa meningkat menjadi 30 ha - 35 ha. Selain itu, ada satu joint venture (JV) yang dapat menjadi kontributor pertumbuhan AKRA, yaitu JV dengan British Petroleum (BP) untuk mendirikan SPBU ritel. Farras bilang, usaha patungan dengan BP ini akan membuat AKRA dapat memposisikan dirinya di segmen ritel dan memperluas pasar ritel.
Baca Juga: Bisnis distribusi kimia dan BBM AKR Corporindo (AKRA) positif, ini pendorongnya “Kemudian ada juga JV dengan PT Bayu Buana Gas yang akan mengoperasikan distribusi gas di JIIPE,” terang Farras saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (26/10). Sementara untuk segmen distribusi bahan bakar minyak (BBM), Farras melihat segmen ini akan disokong oleh volume operasional yang dilakukan oleh perusahaan tambang (
mining). Memang, harga komoditas juga turut berperan, akan tetapi yang paling berpengaruh adalah permintaan dari perusahaan pertambangan. Apabila volume operasinya meningkat, laba distribusi BBM bagi AKRA akan meningkat.
Adapun per kuartal III-2021, pendapatan AKRA dari segmen perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak serta kimia dasar mencapai Rp 15,74 triliun, naik 23,85% dari realisasi tahun sebelumnya yang hanya Rp 12,17 triliun. Secara rinci, pendapatan dari segmen BBM sebesar Rp 12,60 triliun atau naik 24% yoy dan kimia sebesar Rp 3,14 triliun atau menguat 22% yoy. Farras menilai, peningkatan dari segmen distribusi BBM dikarenakan adanya peningkatan dari aktivitas perusahaan batubara yang mengalami peningkatan harga batubara di kuartal III-2021. “Oleh karena itu, peningkatan (permintaan BBM) didorong salah satunya oleh faktor itu,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari