KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemulihan ekonomi Indonesia masih dibayangi berbagai risiko melemahnya ekonomi global. Terbaru, datang dari ekonomi Amerika Serikat (AS) yang semakin dekat dengan jurang resesi, setelah Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan hingga 75 basis poin untuk meredam inflasi dan kondisi pasar keuangan yang tidak stabil. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan, ancaman resesi AS perlu diwaspadai. Sebab akan membawa berbagai macam risiko ke Indonesia seperti di sektor perdagangan. Dia menilai, meskipun AS bukan mitra dagang terbesar Indonesia, efeknya tetap akan terasa dari sisi perdagangan. Secara langsung, penurunan ekonomi AS menyebabkan permintaan barang dari Indonesia berkurang.
“Artinya ekspor dari Indonesia ke AS ketika terjadi resesi nanti berpeluang terkoreksi dan sebaliknya impor dari AS ke Indonesia juga berpeluang terdampak,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Senin (20/6). Baca Juga: Harga Minyak Menguat di Tengah Potensi Resesi Global Sementara dampak yang akan dirasakan secara tidak langsung adalah dampak yang diberikan dari negara-negara yang bermitra dagang dengan AS. Misalnya saja, China. Menurut dia, dengan turunnya permintaan produk ekspor Cina ke AS, maka secara tidak langsung perekonomian Cina juga akan ikut mengalami penyesuaian. Sehingga negara-negara yang bermitra dagang dengan Cina termasuk di dalamnya Indonesia akan ikut terdampak dengan melemahnya atau terkoreksinya perekonomian Cina melalui perdagangan internasional. Selain itu, risiko adanya resesi AS ini juga bisa berdampak melalui pasar keuangan. Yusuf mengatakan, jika resesi terjadi, maka potensi pemulihan ekonomi global berpeluang akan terkoreksi. Hal ini akan menjadi sentimen negatif terutama untuk pasar keuangan. Baca Juga: Antisipasi Krisis Pangan, Jokowi Minta Ada Peningkatan Produksi Besar-besaran