Ini Keuntungan yang Ditawarkan Keanggotaan BRICS kepada Malaysia Menurut Ekonom



KONTAN.CO.ID - PETALING JAYA. Para ekonom menilai, upaya Malaysia untuk bergabung dengan kelompok ekonomi BRICS dapat membuka peluang di pasar-pasar berkembang, membuka jalan bagi pertumbuhan di sejumlah sektor seperti kedirgantaraan, kendaraan listrik, dan keuangan.

Mengutip Free Malaysia Today, Ekonom Universiti Malaya Rajah Rasiah mengatakan akan ada akses yang lebih mudah ke pasar-pasar anggota BRICS, yakni Brasil, Rusia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Ethiopia.

Turki juga siap untuk bergabung dengan blok tersebut, katanya.


Selain itu, Malaysia juga dapat berpartisipasi dalam pinjaman infrastruktur dari Bank Pembangunan Baru yang didirikan pada tahun 2015.

"Mengingat bahwa transaksi perdagangan dalam kelompok tersebut akan menggunakan mata uang mereka sendiri, terutama Yuan China, hal itu akan membantu mengurangi ketergantungan pada dolar AS," kata Rajah.

Pada bulan Juli, Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan bahwa Malaysia telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan organisasi antarpemerintah BRICS, yang saat ini diketuai oleh Rusia.

Baca Juga: Mengapa Malaysia dan Thailand Mau Bergabung dengan BRICS? Ini Analisanya

Rajah mengatakan, Malaysia juga dapat mengupayakan kolaborasi yang lebih besar di sektor kedirgantaraan dan persenjataan serta untuk industri teknologi tinggi lainnya.

Sebut saja kendaraan listrik dari China, pesawat ringan dari Brasil, serta industri berat dan pupuk dari Rusia.

Dia menambahkan, Malaysia juga dapat secara bertahap mengupayakan impor minyak dan gas yang lebih murah dari Rusia, terutama ketika cadangan minyak negara itu sendiri kemungkinan akan habis pada tahun 2035.

Ketika ditanya bagaimana Malaysia dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menjadi anggota BRICS, Rajah mengatakan bahwa negara tersebut telah memiliki landasan yang kuat melalui hubungannya dengan negara-negara lain, yang mendukung kepentingannya.

Seperti halnya perang Rusia-Ukraina, meskipun secara serius menyerukan diakhirinya perang tersebut, Malaysia telah mengambil sikap netral yang menyerukan negosiasi untuk menyelesaikannya, katanya.

Baca Juga: Dedolarisasi BRICS Belum Efektif, Dolar AS Tetap Jadi Primadona

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie