Ini kiat Argha Karya Prima pasca pabriknya terbakar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Argha Karya Prima Industry Tbk terancam menurun. Hal ini imbas dari kebakaran pabriknya di Citereup, Bogor.

Pada Senin (28/5) malam, telah terjadi kebakaran pada sebagaian fasilitas produksi. Perseroan merupakan produsen kemasan fleksibel berupa biaxially oriented poly propylene (BOPP) film dan polyester (PET) film. Namun demikian kebakaran tersebut telah berhasil diatasi dalam waktu 30 menit. Pabrik ini berkapasitas 100.000 ton plastik kemasan per tahun.

Direktur Keuangan PT Argha Karya Prima Industry Tbk Jimmy Tjahjanto mengatakan informasi mengenai penyebab terjadinya kebakaran masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut. Seluruh properti perseroan telah diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup. "Dampaknya bagi perseroan, untuk sementara waktu ada penurunan penjualan," kata Jimmy kepada Kontan.co.id, Rabu (6/6).


Penurunan penjualan terjadi karena penjualan Juni hingga desember ini akan terkena dampak dari kebakaran tersebut. Ini terjadi akibat lini produksi yang stop berproduksi pada Juni hingga Desember. Perbaikan mesin produksi milik perseroan diperkirakan butuh waktu sekitar lima bulan hingga sembilan bulan.

Padahal, tahun ini, emiten berkode saham AKPI ini menargetkan laba bersih Rp 50 miliar dan penjualan sekitar Rp 2,2 triliun. Alhasil perseroan akan merivisi targetnya. "Kemungkinan pendapatan tahun ini akan turun 10% dibandingkan tahun lalu," jelasnya. Sedangkan untuk laba bersih masih dihitung kemungkinan penurunannya.

Jimmy mengaku pihaknya sudah berkomunikasi dengan para customer mengenai dampak hal ini. Dan ke depannya untuk antisipasi kebakaran terjadi lagi, AKPI sudah menyiapkan beberapa alternatif. Diantaranya penambahan alat pemadam api ringan (APAR), sampai kemungkinan penempatan Damkar di dekat lokasi pabrik.

Selain itu AKPI akan ada menyiapkan capital expenditure (capex) tambahan untuk pembelian serta perbaikan mesin. Besarnya tergantung dari hasil penyelidikan menyeluruh oleh supplier mesin. 

Catatan saja, di awal tahun AKPI menyiapkan belanja modal sebanyak US$ 5 juta. Produsen kemasan fleksibel ini berencana menambah satu unit mesin metalizing. "Pasti akan ada tambahan akibat kebakaran ini. Masih dihitung," tambahnya.

Jimmy mengaku sebenarnya kondisi permintaan Januari sampai Mei kemarin sejatinya lebih baik bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 

Dari laporan keuangan kuartal I-2018 tercatat penjualan AKPI sebesar Rp 606,9 miliar naik 14,1% daripada periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 531,7 miliar. "Kami masih mengkhawatirkan tren akan menurun setelah masa Idul Fitri seperti tahun lalu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi