Ini kisah menarik Gideon Bosker di Pulau Dewata



OREGON. Bagi sebagian orang, traveling atau perjalanan liburan ke sebuah tempat meninggalkan kesan mendalam. Dari perjalanan itu, seseorang bisa mendapatkan pengalaman menarik, lucu, unik, senang, sekaligus menyedihkan.

Tak sedikit dari mereka yang melakukan traveling, terutama ke luar negeri, menuliskan pengalamannya tersebut di sebuah buku diary pribadi, blog, atau mengirim artikel ke media cetak. Pengalaman itu pula yang dilakukan oleh Gideon Bosker, Presiden Resources CMEducation. Perusahaan ini bergerak di bidang layanan service provider

Beberapa waktu lalu, Bosker melakukan traveling Pulau Bali. Sayang, dalam tulisannya Bosker tidak menjelaskan kapan persisnya ia mengunjungi Pulau Dewata tersebut. Yang pasti, ada pengalaman yang tidak bisa dilupakan oleh Bosker, hingga ia harus berbagi cerita kepada masyarakat dunia melalui sebuah tulisannya yang dimuat di situs The New York Time edisi Senin (22/7).


Di sebuah kolom media yang berbasis di New York, Amerika Serikat itu, Bosker mengisahkan pengalamannya selama di Bali ketika komputer jinjingnya (laptop) mengalami kerusakan. Seperti apa kisahnya? Di bawah ini adalah tulisan asli Gideon Bosker di situs The New York Time. KONTAN mencoba membuat tulisan Bosker dalam edisi bahasa Indonesia.

Ketika saya menjadi praktisi kedokteran, saya sering memberikan ceramah di seluruh dunia. Sekarang, sebagian besar perjalanan saya difokuskan pada pengembangan program pendidikan kedokteran dan menghadiri kongres ilmiah, serta meneliti buku-buku yang saya tulis.

Saya termasuk orang yang agak gila kontrol. Itu tidak baik, terutama ketika bepergian untuk bisnis, ketika segala sesuatu yang bisa salah sering kali terjadi.

Saya berada di Bali, Indonesia, dan perjalanan saya sangat baik sampai sekitar hari ketiga ketika komputer jinjing (laptop) saya rusak. Saya membutuhkannya untuk pekerjaan, dan seperti orang yang telah mengalami kerusakan pada komputernya, saya merasa di luar kendali. Itu bukan perasaan yang baik untuk saya.

Naluri pertama saya adalah ingin rasanya membuang laptop tersebut. Atau, pesawat membawa saya kembali pulang ke Oregon untuk memperbaiki laptop atau membeli komputer baru di suatu tempat di Indonesia. Masing-masing memiliki ide kelemahan sendiri. Tapi, saya akhirnya memutuskan mencoba untuk menetap di Bali.

Pada saat itu, Bali memiliki infrastruktur elektronik yang baik untuk kegiatan bisnis. Tetapi, tidak semua orang memiliki keahlian sebagaimana ketika kami berada di Amerika Serikat. Saya masih berpikir harus ada beberapa teknisi komputer tersedia di Bali yang bisa membantu saya keluar dari masalah.

Kuburan komputer

Resepsionis hotel mengarahkan sopir saya untuk pergi ke toko komputer. Kami melaju dari kawasan hotel melalui lingkungan penuh dengan toko-toko keranjang, furniture jati dan layang-layang. Ketika kami melewati beberapa sawah indah yang terawat, saya benar-benar berpikir saya telah membuat keputusan buruk. Sebab, kami berada di daerah pedesaan Indonesia.

Tapi, kami akhirnya sampai ke toko komputer. Ada seorang seorang wanita mengarahkan kami ke bengkel perbaikan komputer, dengan kemasan seperti gudang berisi meja biliar. Di mata saya, hal itu terlihat seperti sesuatu yang paling di luar kendali dari sebuah pusat layanan berteknologi tinggi di mana saja di dunia.Tempat iItu seperti sebuah kuburan komputer, dengan beberapa bagian di dalamnya berserakan.

Tidak ada seorang pun berbicara bahasa Inggris. Tetapi, ada seorang pria tua akhirnya menunjuk seorang remaja yang tampaknya bisa membantu saya. Pemuda itu cepat berkata bahwa komputer saya akan diperbaiki, yang tidak memberi saya banyak kepercayaan diri. Namun, saya bertanya apakah dia pikir dia bisa memperbaikinya? Dia tersenyum dan mengambil laptop saya.

Dengan menggunakan tester sihir elektronik untuk memperbaiki laptop, pemuda ini mulai menekan shell plastik komputer saya dengan jari-jarinya. Ini mengingatkan saya bagaimana saya menggunakan sebuah alat untuk memeriksa punggung pasien saya yang lebih tua untuk penyakit pneumonia.

Seperti pijat tradisional Bali

Dia kemudian menempelkan telinganya di atas permukaan komputer, yang membuat tekanan darah saya naik bahkan lebih. Aku tidak tahu apa yang anak muda ini lakukan. Itu benar-benar terlihat seperti dia melakukan pijat tradisional Bali terhadap komputer saya.

Saya hampir kehilangan akal ketika dia mulai mengambil sejumlah perlengkapan laptop. Misalnya sekrup yang ada di seluruh tempat dan ia menggoyangkan kabel serta menghubungkan koneksi laptop secara bersamaan. Saya pikir segala sesuatu di komputer saya hilang.

Tapi kemudian ia meletakkan penutup belakang laptop, membalik saklar, dan segalanya tetap normal. Terbaik dari semua, tidak ada data yang hilang. Saya akan membayar apa pun padanya, tetapi ia hanya meminta Rp 20.000, yaitu sekitar US$ 3,18. Saya memberinya uang banyak lagi.

Komputer bekerja seperti biasa selama bertahun-tahun setelah perbaikannya. Namun, yang lebih penting adalah bahwa saya belajar bahwa kadang-kadang Anda tidak bisa mengendalikan segala sesuatu.

Kadang-kadang Anda harus percaya kepada hal yang tidak mungkin orang lakukan. Ini adalah pelajaran yang baik untuk belajar, terutama ketika Anda sedang berada di sebuah perjalanan.

Editor: Dikky Setiawan