JAKARTA. Wacana pembelian kembali (buyback) PT Indosat Tbk (ISAT) kembali mencuat. Setelah calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan bakal mengembalikan salah satu aset strategis tersebut ke pangkuan ibu pertiwi. Pernyataan Jokowi dalam debat capres Minggu (22/6) kemarin itu mengundang berbagai macam komentar. Salah satunya datang dari Mantan Menteri BUMN, Sofyan Djalil. Kepada KONTAN, Senin (23/6), Sofyan menyebutkan langkah buyback Indosat sangat mungkin dilakukan pemerintahan mendatang. Tentunya dengan mekanisme pasar. "Tergantung mau membeli diharga berapa," katanya.Intinya, semua tergantung komitmen pemerintahan mendatang untuk mengambil kembali Indosat. Tentunya tidak semata-mata pertimbangan politis tetapi juga bisnis. "Perlu diukur berapa besar manfaat jika membeli Indosat," ujarnya.Sofyan menambahkan kalau pun pemerintahan mendatang memandang penting pembelian Indosat. Tentu segala upaya bakal dilakukan, termasuk gelontoran dana yang mesti dikeluarkan membeli Indosat.Terlepas itu, Sofyan mengapresiasi pernyataan Jokowi yang menegaskan penjualan Indosat bukan sesuatu yang salah. Tetapi lantaran situasi kondisi saat itu di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. "Jawaban Jokowi soal ini bagus," jelasnya.Asal tahu saja, Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) membeli Indosat pada 15 Desember 2002 dengan merogoh kocek US$630 juta atau Rp 5,62 triliun guna pembelian 41,94% saham yang setara 434.250.000 sahama seharga Rp 12.950 per saham.Kemudian, Qatar Telecom (Qtel) tahun 2008 merogoh dana S$ 2,4 miliar atau US$1,8 miliar atau Rp 16,740 triliun dengan kurs 9.300/US$ guna membeli saham Indosat dari tangan STT. Artinya, STT waktu itu untung besar menjual saham Indosat ke Qtel senilai US$1,8 miliar alias tiga kali lipat dari harga pembelian 2002. Pertanyaannya jika kurs sekarang Rp 11.000 lebih dan perkembangan perekonomian serta strategisnya pasar dunia dan Asia, harga Indosat kemungkinan berada dikisaran puluhan triliun ke depannya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini komentar Sofyan Djalil soal buyback Indosat
JAKARTA. Wacana pembelian kembali (buyback) PT Indosat Tbk (ISAT) kembali mencuat. Setelah calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan bakal mengembalikan salah satu aset strategis tersebut ke pangkuan ibu pertiwi. Pernyataan Jokowi dalam debat capres Minggu (22/6) kemarin itu mengundang berbagai macam komentar. Salah satunya datang dari Mantan Menteri BUMN, Sofyan Djalil. Kepada KONTAN, Senin (23/6), Sofyan menyebutkan langkah buyback Indosat sangat mungkin dilakukan pemerintahan mendatang. Tentunya dengan mekanisme pasar. "Tergantung mau membeli diharga berapa," katanya.Intinya, semua tergantung komitmen pemerintahan mendatang untuk mengambil kembali Indosat. Tentunya tidak semata-mata pertimbangan politis tetapi juga bisnis. "Perlu diukur berapa besar manfaat jika membeli Indosat," ujarnya.Sofyan menambahkan kalau pun pemerintahan mendatang memandang penting pembelian Indosat. Tentu segala upaya bakal dilakukan, termasuk gelontoran dana yang mesti dikeluarkan membeli Indosat.Terlepas itu, Sofyan mengapresiasi pernyataan Jokowi yang menegaskan penjualan Indosat bukan sesuatu yang salah. Tetapi lantaran situasi kondisi saat itu di tengah krisis ekonomi yang melanda Indonesia. "Jawaban Jokowi soal ini bagus," jelasnya.Asal tahu saja, Singapore Technologies Telemedia Pte Ltd (STT) membeli Indosat pada 15 Desember 2002 dengan merogoh kocek US$630 juta atau Rp 5,62 triliun guna pembelian 41,94% saham yang setara 434.250.000 sahama seharga Rp 12.950 per saham.Kemudian, Qatar Telecom (Qtel) tahun 2008 merogoh dana S$ 2,4 miliar atau US$1,8 miliar atau Rp 16,740 triliun dengan kurs 9.300/US$ guna membeli saham Indosat dari tangan STT. Artinya, STT waktu itu untung besar menjual saham Indosat ke Qtel senilai US$1,8 miliar alias tiga kali lipat dari harga pembelian 2002. Pertanyaannya jika kurs sekarang Rp 11.000 lebih dan perkembangan perekonomian serta strategisnya pasar dunia dan Asia, harga Indosat kemungkinan berada dikisaran puluhan triliun ke depannya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News