KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten konglomerasi besar telah merilis kinerja keuangan 2022 dengan pertumbuhan laba bersih yang baik. Analis memperkirakan sejumlah konglomerat akan menikmati hasil dividen jumbo.
Research & Consulting Manager Infovesta Kapital Advisori Nicodimus Kristiantoro mengatakan berdasarkan historis, ada 3 konglomerat yang berpotensi mendapat dividen terbesar yaitu Grup Djarum (Keluarga Hartono), Grup Saratoga (Sandiaga Uno), dan Grup Salim (Anthony Salim). "Ini karena besarnya kepemilikan saham mereka di saham-saham yang dimiliki," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (2/4).
Apalagi kinerja emiten-emiten yang dimiliki para konglomerat itu mencetak pertumbuhan yang solid. Contohnya PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang mencetak kenaikan laba bersih 29,6% YoY menjadi Rp 40,07 triliun. Tahun ini BBCA memutuskan penggunaan laba antara lain dibagikan sebagai dividen tunai, termasuk interim sebesar Rp 205 per saham dengan dividen
payout ratio (DPR) 62,12%. Dividen tunai yang dibagikan naik 41,37% dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2021 sebesar Rp 145 per saham.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Tembus ke 7.000 di Kuartal II, Ini Rekomendasi Saham Pilihan Analis Lalu dari Grup Saratoga, mayoritas emitennya juga mencetak pertumbuhan laba bersih yang solid. Terbesar datang dari PT Adaro Energy Indonesia Tbk (
ADRO) dengan kenaikan 103% menjadi US$ 2,49 miliar. Sebelumnya, analis UOB Kay Hian Sekurtas Limartha Adhiputra berekspektasi adanya pembayaran dividen final ADRO dengan potensi imbal hasil (
yield) dividen hingga 16,5%. Sebagai pengingat, pada 23 Januari ADRO mengumumkan pembagian dividen interim sebesar US$ 500 juta atau US$ 0,016 per saham (setara dengan Rp 251 per saham). Seiring laba bersih yang melonjak 167% secara
year-on-year (YoY), Limartha memperkirakan rasio pembayaran dividen final untuk tahun buku 2022 setidaknya bisa mencapai 60%. Perkiraan pembagian dividen final sebesar US$ 996 juta atau US$ 0,032 per saham (setara dengan Rp 479 per saham dengan asumsi kurs Rp 15.000 per dolar AS). Kemudian untuk Grup Salim dengan kinerja yang cukup baik dari
ROTI,
SIMP,
META, dan
LSIP. Di sisi lain, kinerja dua emiten besarnya, yakni
INDF dan
ICBP mengalami penurunan laba bersih, masing-masing 17,10% YoY dan 27,04% YoY.
"Grup Salim didorong pembagian dividen dengan
dividend payout ratio dan nilai dividen
yield-nya," tambah CEO Edvisor.id Praska Putrantyo. Melirik RTI, INDF konsisten membagi dividen sebesar Rp 278 dalam tiga tahun terakhir, lalu ICBP juga konsisten membagikan dividen Rp 215 untuk periode yang sama. Selanjutnya, SIMP juga dalam dua edisi laporan keuangan terakhir sudah membagikan dividen dan ROTI juga memiliki DPR hingga ratusan persen dalam dua tahun terakhir. Selain ketiga konglomerasi itu, ada juga Grup Astra. Praska melihat kinerja emiten-emitennya cukup baik dengan memiliki pertumbuhan kinerja double digit. Dengan potensi dividen yang diraih, Praska menilai akan mendorong pertumbuhan kinerja ke depannya memanfaatkan hasil dividen. "Dari segi pendanaan utang pun, rasio DER juga terbilang masih relatif rendah dengan rata-rata di bawah 3 kali, khususnya pada emiten-emiten berbasis non keuangan," jelasnya. Melihat secara kinerja, Nico melanjutkan, Grup Sinarmas sebetulnya mencetak kinerja laba bersih. Contohnya
BSDE yang naik 81,34% YoY menjadi Rp Rp 2,4 triliun,
INKP tumbuh 62,91% YoY,
DSSA melesat 395,76% YoY dan
DMAS dengan kenaikan 70,3% YoY.
Baca Juga: Diantara anggota Indeks Kompas100, Saham-Saham Ini Jadi Jagoan Analis Meski begitu, ia menilai hasil dividen yang diterima belum tentu besar, terlebih belum ada informasi dividen dari emiten grup tersebut.
"Kalau dilihat secara tren juga, misalnya tahun lalu ada emiten yang tebar dividen, tetapi ada juga yang tidak tebar dividen walau cetak laba seperti BSDE," terangnya. Berdasarkan berbagai hal tersebut, Nico menyukai saham-saham
ASII dengan target
resistance terdekat Rp 6.200,
UNTR Rp 31.350, INDF 6.550 dan ICBP Rp 10.250. Serupa, Praska juga menjagokan konglomerasi Astra dan Salim dengan pilihan saham ASII dengan target harga Rp 6.300-Rp 6.600, UNTR Rp 31.300, INDF Rp 6.600 dan
MPMX Rp 1.300. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari