KONTAN.CO.ID - Masyarakat Asia, termasuk Indonesia, sudah tidak asing lagi dengan penggunaan
Monosodium glutamat (MSG) atau micin pada masakan. Hampir semua masakan, baik masakan rumah maupun restoran, selalu menambahkan MSG agar rasa masakan menjadi lebih kuat. Namun, banyak masyarakat yang mulai khawatir tentang penggunaan MSG ini ditambah dengan rumor jika MSG dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan yang berbahaya.
Nur Lailatul Masruroh, dosen Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES)
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengatakan, MSG merupakan garam natrium dari
asam glutamate.
Baca Juga: Pendaftaran Beasiswa LPDP 2024 Dibuka, Cek Program, Syarat, & Jadwal Kegiatannya Ini suatu jenis asam amino yang secara alami ada dalam makanan seperti tomat, keju, dan daging. Untuk pembuatan MSG sendiri biasanya melalui proses ekstraksi sari tetes tebu. MSG sebenarnya adalah garam natrium dari asam glutamat, suatu komponen alami yang dapat ditemukan dalam banyak makanan. "Namun beberapa orang mungkin mengalami reaksi sensitivitas, ini tidak bisa dijadikan dasar untuk mengeneralisasi MSG sebagai zat berbahaya secara umum,” ujar dosen yang akrab disapa Ila ini, dikutip dari situs UMM.
Takaran tepat MSG agar tidak berbahaya
Menurut Ila, konsumsi MSG sebenarnya tidak berbahaya asalkan sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Menurut Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, takaran harian yang dianggap aman adalah sekitar 2 hingga 2,5 gram MSG per hari. Takaran ini setara dengan 1/2 hingga 1 sendok teh. Namun tetap penting diingat bahwa takaran harian ini adalah panduan umum, dan toleransi terhadap MSG dapat bervariasi antar iindividu. Banyak studi ilmiah menunjukkan bahwa konsumsi MSG dalam takaran yang wajar tidak menyebabkan efek samping signifikan pada sebagian besar orang. “Namun beberapa individu mungkin mengalami reaksi seperti sakit kepala atau nyeri otot. Efek samping ini biasanya bersifat sementara dan tidak terjadi pada semua orang," tambahnya.
Efek terlalu banyak MSG
MSG yang dikonsumsi dalam jumlah banyak rentan juga menyebabkan "Chinese Restaurant Syndrome". Gejala yang biasa muncul pasca konsumsi dapat meliputi sakit kepala, sensasi panas atau keringat berlebihan, nyeri otot atau sendi. Namun, penting untuk dicatat bahwa reaksi ini relatif jarang terjadi.
Baca Juga: Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja Terbaru 2024, Banyak Posisi Dibuka "Sejauh ini, saya belum menemukan penelitian yg mengkaji secara khusus manfaat MSG bagi kesehatan, kebanyakan riset berfokus pada dampak negatif konsumsi MSG melebihi takaran normal dan jangka panjang," katanya. Namun dari efek utama MSG sebagai penyedap rasa sudah jelas bahwa MSG bermanfaat untuk membantu meningkatkan nafsu makan karena rasa makanan menjadi lebih sedap,
Ila menghimbau walaupun MSG memiliki titik leleh yg tinggi yaitu 232 derajat celcius, sehingga tidak mudah terurai saat dipanaskan, namun hendaknya masyarakat menghindari hal tersebut. Pemanasan melebihi batas berpotensi menyebabkan terurainya senyawa yang mengandung racun. Tidak hanya untuk makanan ber-MSG, secara umum pemanasan makanan berulang ulang tidak direkomendasikn untuk kesehatan. Selain karena nilai gizi yang rusak, aktivitas memanaskan makanan berulang kali juga berpotensi terjadinya perubahan senyawa makanan menjadi beracun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News