KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (
ACST) berupaya meningkatkan kinerja bisnisnya di bidang konstruksi hingga akhir 2023 nanti. Sebagaimana yang diketahui, ACST mencatatkan nilai kontrak baru sebesar Rp 1,2 triliun pada kuartal I-2023. Jumlah ini meningkat signifikan mengingat pada kuartal I-2022 lalu ACST hanya mampu meraih kontrak baru senilai Rp 82 miliar. Dari sisi lini bisnisnya, kontrak baru ACST pada kuartal I-2023 terdiri dari sektor infrastruktur dengan kontribusi 42%, lalu sektor struktur sebesar 32%, dan sektor fondasi sebesar 26%.
Hingga kuartal pertama lalu, ACST mendapatkan kontrak baru berupa proyek Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi dari PT Jasa Marga Probolinggo Banyuwangi dan pelebaran Tol Cipali dari PT Lintas Marga Sedaya.
Baca Juga: Gelar RUPS Tahunan, Acset Indonusa (ACST) Rombak Jajaran Komisaris dan Direksi Corporate Secretary & Investor Relations Acset Indonusa Kadek Ratih Paramita Absari mengatakan, pihaknya terus berupaya agar capaian nilai kontrak baru ACST dapat tumbuh lebih baik dari periode sebelumnya. Sayangnya, dia tidak bisa menyebut secara gamblang target kontrak baru yang hendak digapai oleh ACST sepanjang tahun ini. Dalam catatan Kontan, manajeman ACST pernah menyebut mengincar pertumbuhan nilai kontrak baru 10% pada 2023. Sementara pada 2022 lalu, nilai kontrak baru ACST tercatat sebesar Rp 2 triliun. Dengan begitu, kontrak baru ACST diproyeksikan berada di kisaran Rp 2,2 triliun pada tahun ini. Sejumlah strategi diterapkan ACST untuk meraih target kontrak baru pada 2023. Di antaranya melalui pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan efisiensi, memperkuat aliansi dengan mitra strategis, proaktif memperkaya keahlian guna menyediakan jasa konstruksi terintegrasi, dan memperkuat keselamatan dan kualitas sebagai prinsip utama kerja. “Kami juga meningkatkan pengembangan berkelanjutan untuk mencapai keunggulan operasional,” ujar Ratih, Jumat (23/6). Bersamaan dengan itu, ACST juga berusaha memperbaiki kinerja keuangannya yang kurang memuaskan pada awal tahun ini. Per kuartal I-2023, pendapatan ACST memang tumbuh 24,21% year on year (YoY) menjadi Rp 360,35 miliar. Namun di sisi lain, ACST mengalami peningkatan rugi bersih 19,36% YoY menjadi Rp 29,86 miliar. Ratih bilang, rugi bersih tersebut timbul lantaran proyek-proyek yang baru didapat oleh ACST masih dalam fase persiapan. Alhasil, ACST belum bisa mencapai margin yang diharapkan. ACST pun masih akan fokus memperkuat bisnisnya di sektor fondasi, struktur, dan infrastruktur. Perusahaan ini berusaha selalu memperkaya keahlian yang dimiliki dalam ketiga bidang usaha tersebut dengan secara aktif melakukan diversifikasi.
“Salah satu upayanya kami wujudkan lewat pekerjaan soil improvement pada proyek fondasi di Pelabuhan Patimban dengan metode
cement-deep mixing (CDM),” imbuh Ratih.
Selain itu, ACST terus mencoba melengkapi
value chain yang ada melalui anak usaha yang bergerak di bidang penyewaan alat berat, jasa
formwork/bekisting, penyewaan
passenger hoist dan
tower crane, dan jasa
concrete pumping. Lebih lanjut, Ratih tidak menyebut secara rinci besaran capital expenditure (capex) atau belanja modal ACST pada 2023. Yang terang, salah satu penggunaan capex ACST di tahun ini untuk mengganti alat produksi perusahaan yang sudah habis masa operasinya. “Realisasi capex kami akan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan dan perolehan kontrak baru,” tutup dia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .