KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai ditetapkannya pasangan Jokowi-Ma'ruf sebagai pemenang di Pilpres 2019, kini perhatian akan terfokus pada siapa saja yang akan digandeng untuk duduk di kursi kabinet selama lima tahun mendatang. Ucapan Jokowi bahwa akan ada calon menteri muda juga sempat membuat publik penasaran. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, kriteria menteri yang nanti duduk di kabinet di era Jokowi-Ma'ruf adalah seorang yang harus paham betul dengan kondisi global dan domestik saat ini. Hal tersebut lantaran kondisi saat ini cukup berbeda, beberapa tantangan misalnya seperti perang dagang, defisit transaksi berjalan yang mungkin saja akan muncul lagi ke depan. Menurut David, harus ada struktur menteri dahulu sebelum ada kriteria siapa saja yang cocok mengemban posisi tersebut. "Saya pikir yang pak Jokowi bilang menteri masih muda itu cukup baik, karena perlu pemikiran yang
fresh out of the box untuk menghadapi tantangan tadi, tidak bisa pakai cara biasa," kata David saat dihubungi Kontan.co.id Minggu (30/6).
Para menteri nantinya diharapkan dapat langsung terjun menangani masalah-masalah baik di lingkup global maupun domestik tanpa harus ada jeda mempelajarinya dahulu. Atau dalam kata lain menteri sudah memahami dan kompeten di bidangnya. Seluruh program di periode pertama sudah dapat dikatakan
right on the track dan saat ini memerlukan percepatan dalam kelanjutannya. Teknologi yang terus berkembang cepat juga menjadi unsur dimana menteri harus menguasainya. "Perubahan di luar cepat, perubahan moneter di Amerika lalu di China dan perubahan teknologi apalagi cepat sekali, beda sekali apa yang terjadi lima tahun lalu dengan sekarang," sambung David. Hal itu menjadi mengapa ditekankan menteri nanti harus paham dan tahu apa yang terjadi baik di segi politik, geopolitik, ekonomi global. Alhasil pemikiran
out of the box dan mengerti akan dinamika yang terjadi sangat diperlukan. Disinggung mengenai apa saja kebijakan yang harus dilakukan di 100 hari pertama, David menjelaskan saat ini tidak lagi berbicara hal tersebut. Melainkan semua harus mampu bekerja cepat guna terus lanjutkan program yang sudah berjalan. "Semua negara sekarang sedang mendorong ekonomi meski berat nah kita juga harus berlari," kata David. Kebijakan ekonomi nantinya harus mampu bangkitkan kepercayaan diri para pengusaha untuk ekspansi baik di dalam atau luar negeri. Itu merupakan solusi jika ingin mendorong investasi, ekspor dan mengurangi defisit transaksi berjalan. Hal yang hampir senada juga disampaikan Piter Abdullah selaku Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. Piter menjelaskan, kriteria menteri nanti bergantung kepada target pembangunan dan rencana strategis yang ditetap Jokowi. Piter menyebut, jika hanya menginginkan pertumbuhan biasa-biasa saja di kisaran 5-6%, tidak ada terobosan-terobosan luar biasa, maka menteri yang biasa-biasa saja sudah cukup. Namun jika menginginkan realisasi apa yang disebut Jokowi
effect, pertumbuban ekonomi hingga 7%, maka harus ada keputusan pengambilan kebijakan yang tidak biasa dan penuh terobosan. "Kalau mau realisasi Jokowi
effect pertumbuhan 7%, maka dibutuhkan menteri-menteri yang tegas, inovatif, punya keberanian untuk mengambil keputusan. Semua menteri harus model-model Menteri Susi, Menteri Basuki, dan Menteri Budi Karya," jelas Piter. Selain itu kriteria lain bergantung pada posisinya dan yang utama adalah menteri nantinya harus profesional. Meski demikian Piter tak menampik jika nantinya pasti kabinet juga akan ada orang partai.
"Pasti ada orang partai. Tapi saya harapkan setelah jadi menteri bisa bersikap profesional dengan tekad yang sama untuk kebajikan bangsa dan negara. Bukan untuk partai apalagi untuk ketua partai," terang Piter. Berbicara mengenai akan adakah menteri lama yang bertahan, David dan Piter mengatakan hal yang sama. Bahwa tidak menutup kemungkinan masih ada menteri yang akan dipertahankan. Begitupun dengan calon menteri muda yang sempat digaungkan juga disambut positif oleh Piter dan David. Piter kembali menjelaskan bahwa yang terpenting adalah akan kemana nantinya arah target pembangunan dan rencana strategis yang ditentukan oleh Presiden. "Ibarat seperti pemainnya bisa Messi dan Ronaldo, kalau manajernya tidak punya strategi yang jitu, besar kemungkinan tim tidak akan solid dan diyakini akan kalah juga. Jadi yang kita tunggu adalah arah dan strategi Pak Jokowi," jelas Piter. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi