Ini kronologi kekerasan terhadap jurnalis di Ambon



JAKARTA. Perayaan pergantian tahun 2013, menyisakan kejadian menyakitkan bagi para jurnalis di Indonesia. Tindakan kekerasan terjadi terhadap kontributor Kompas.com yang sedang melakukan aktivitas jurnalistik di Ambon. Kekerasan tersebut diduga dilakukan oknum TNI dari Detasemen Kavaleri Kodam 16 Pattimura, yang berlokasi di Kota Ambon, Senin (31/12/2012).

Ketua AJI Ambon Insany Syahbarwaty, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (1/1/2013) siang, menjelaskan kronologi kejadiannya. Saat itu, Rahmat Rahman Patty, kontributor Kompas.com bersama wartawan lainnya, hendak meliput acara perayaan malam tahun baru di kawasan Jalan Raya Pattimura Kota Ambon.

"Saat itu, tiba-tiba ia melihat belasan anggota Detasemen Kavaleri Kodam 16 Pattimura mengejar pelaku pemukulan anak anggota Denkav di kawasan Pattimura Park. Pelaku pemukulan itu, diduga seorang anggota Brimob Polda Maluku. Keadaan tersebut juga membuat warga yang tengah berkumpul di Patimura Park panik," jelas Insany.


Anggota Denkav tersebut marah saat Rahman dan sejumlah wartawan lainnya, mengabadikan peristiwa pengejaran tersebut. "Oknum TNI itu langsung mengancam dan meminta Rahman menghapus foto-foto yang sempat diambil Rahman itu," katanya.

Tak hanya itu, salah seorang anggota TNI yang diketahui bernama Serka Abdullan, mengancam akan menghabisi Rahman, jika tidak menghapus foto kejadian yang telah diambilnya. "Hei, hapus foto-foto itu. Kalau tidak, saya bunuh kamu," jelas Insany menirukan bentakan Serka Abdullan terhadap Rahman.

Di bawah ancaman tersebut, Rahman terpaksa menghapus foto-foto hasil karyanya. Saat itu, kata Insany, Rahman masih dikepung dan ditendang di bagian bawah perut oleh salah seorang oknum Denkav. "Namun Rahman tidak mengenali pelaku penendang itu," katanya.

Tidak puas dengan memukuli Rahman, beberapa oknum TNI AD itu masih merampas kamera Rahman, lalu membantingnya. "Akibatnya, kamera Rahman tidak dapat berfungsi dengan baik," akunya.

Lebih lanjut, Insany menambahkan, selain memukuli Rahman, belasan anggota Denkav itu juga mengancam dan nyaris merampas kamera video milik Yani Loupatty, wartawan Molluka TV. "Bahkan, beberapa anggota Denkav juga mengancam sejumlah wartawan lainnya yang menjadi saksi peristiwa tersebut. Ini tak bisa dibiarkan. Harus diusut tuntas dan diproses secara hukum," tegas Insany.

Setelah peristiwa itu, Serka Abdullah sempat meminta maaf kepada Rahman. Namun, Rahman yang juga Ketua Divisi Advokasi AJI Ambon itu, tetap akan melaporkan kejadian tersebut kepada Denpom 16 Patimura.

"Sekitar satu jam dari kejadian, saya dan Rahman langsung mendatangi Markas Denpom, karena saya menjadi saksi langsung kejadian itu. Saya langsung telepon Pangdam 16 Pattimura Mayjen Eko Wiratmoko dan Komandan Korem 151 Binaiya Kolonel Infanteri Asep Kurnaidi untuk meminta anggota Denkav tersebut ditindak," tegasnya.

Setiba di Markas Denpom, Danrem Asep langsung menyambut Rahman, dan mengajak bicara untuk berdamai. Namun dengan tegas Rahman dan Insany menolak dan meminta diselesaikan secara hukum. "Saya minta para pelaku penganiayaan itu diproses secara hukum," katanya.

Setelah melaporkan kejadian tersebut, Rahman didampingi wartawan lainnya, langsung menjalani proses pemeriksaan dan divisum. "Setelah pemeriksaan, Rahman juga ditemui Komandan Satuan Denkav Mayor Yudi yang meminta maaf atas peristiwa tersebut," katanya.

Komandan Satuan Denkav Mayor Yudi menyampaikan akan mengganti kamera milik Rahman yang dibanting anak buahnya tersebut. "Kita tetap (kasus kekerasan) harus diproses sesuai jalur hukum," katanya.

Hingga kini, kondisi Rahman masih trauma. "Karena masih banyak onum yang menghubungi Rahman via telepon. Namun, tidak diangkat. Saat ini Rahman masih diamankan di tempat yang cukup aman," aku Insany.

Yatimul Ainun / Kompas.com
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: