KONTAN.CO.ID - JAKARTA. B.R.A Kosmariam akhirnya buka suara atas insiden yang menimpanya dalam penerbangan Garuda Indonesia bernomor GA-264 rute Jakarta-Banyuwangi. Kosmariam yang merupakan Presiden Direktur dari PT Centralindo Panca Sakti mulanya hendak menuju Bali, untuk keperluan bisnis. Namun pada saat keberangkatan, 29 November 2017, ia kehabisan tiket. "Akhirnya saya putuskan, Ambil penerbangan ke Banyuwangi, sampai di Banyuwangi niatnya akan menempuh jalur darat ke Bali," katanya saat memberikan keterangan pers di Wisma Bumiputera, Jakarta, Jumat (13/4).
Ia kemudian menggunakan GA-264 menuju Banyuwangi. Di Pesawat dengan kursi 2-2, ia mendapat nomor kursi 27A, yang berada di baris depan kursi pesawat. Nah, insiden terjadi ketika awak kabin menyajikan makanan kepada penumpang (meal and beverage serving). Rekan Kosmariam di kursi sebelahnya memesan dua cangkir teh panas, untuknya dan untuk Kosmariam. Nah, insiden terjadi saat awak kabin memberikan teh tersebut. Kosmariam mengatakan bahwa teh disajikan tak sesuai prosedur. "Awak kabin menyajikan sambil ngobrol satu sama lain, dan saat teh ingin diberikan kepada penumpang yang duduk di sebelah saya,, diberikannya melalui belakang kepala saya, tidak seperti biasanya yang diberikan di depan depan. Akhirnya tumpah, mengenai dada saya," jelasnya. Setelah teh tumpah, Kosmariam menjelaskan bahwa awak kabin meminta maaf kepadanya, dan memberikan burning gel. Namun, karena pesawat baru mendarat lebih kurang satu jam berikutnya, ia mengaku harus menahan panas hingga tiba di bandara tujuan. Sesampainya di Bandara Banyuwangi, Kosmariam jadi penumpang terakhir yang turun pesawat, lantaran petugas di lapangan sedang mempersiapkan tandu dan peralatan. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Yasmin, Banyuwangi yang berjarak sekitar 15 km dengan waktu tempuh hampir satu jam dari bandara. Di sana ia diberikan pertolongan pertama oleh dokter dan ditemani seorang petugas dari Garuda. Tak sampai dirawat, Kosmariam melanjutkan perjalanan ke Bali. Kosmariam kemudian kembali ke Jakarta pada 3 Desember 2017. Sampai di Jakarta ia kembali dibawa pihak Garuda ke sebuah klinik di daerah Kebayoran, Jakarta Selatan. Kali ini didampingi dua orang dari pihak Garuda. Seorang dari bagian customer service, seorang lagi dari bagian keuangan. Setelah itu, ia kemudian rutin berobat, dan seluruh biaya pengobatan memang dibayarkan oleh Garuda. "Ada hampir 10 kali saya berobat, saya estimasi uang yang dikeluarkan Garuda untuk pengobatan mencapai Rp 15 juta hingga Rp 20 juta. Saya tak menghitung benar, karena saya tak mau tahu soal biaya pengobatan," papar Kosmariam. Namun, tanggungan oleh Garuda berhenti. Sebabnya Kosmariam mulai enggan, lantaran saat mau berobat ia harus melaporkan ke pihak Garuda terlebih dahulu. Di mana nanti akan ada seorang petugas yang mendampinginya, sekaligus membayarkan biayanya. "Sampai akhir Februari, setelah itu lost kontak dari pihak Garuda. Karena kenapa saya yang harus mengemis, harusnya mereka yang aktif menghubungi saya, dong?"
Hingga akhirnya, ia menemui David Tobing yang kini jadi kuasa hukumnya. Mereka sepakat mengajukan menggugat Garuda atas insiden tumpahnya teh panas di GA-264. Gugatan tersebut didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, pada Rabu (11/4) dengan nomor perkara 215/PDT.G/2018/PN.JKT.PST, atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan Garuda. Dalam gugatannya, Kosmariam meminta ganti rugi senilai Rp 1,25 miliar atas kerugian material, dan senilai Rp 10 miliar atas ganti rugi imaterial. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto