KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Maksimalkan strategi di kuartal II 2018, PT Timah Tbk (
TINS) bukukan kenaikan laba nyaris 13%. Itu berbanding terbalik dengan capaian kuartal I 2018, di mana laba perusahaan tambang tersebut turun hingga 18%. Dalam laporan keuangan, Timah melaporkan laba periode berjalan yang dapat didistribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 170,14 miliar pada semester pertama 2018. Angka tersebut naik 12,93% dari catatan laba Rp 150,65 miliar di periode sama tahun sebelumnya. Di enam bulan tahun ini, TINS membukukan pendapatan usaha naik 1,62% jadi Rp 4,37 triliun dari pendapatan usaha Rp 4,30 triliun tahun sebelumnya, dan beban pokok pendapatan naik tipis 0,81% jadi Rp 3,70 triliun dari beban pokok pendapatan Rp 3,67 triliun.
Direktur Keuangan TINS Emil Ermindra menjelaskan, kinerja yang lebih baik tersebut karena keberhasilan strategi usaha dari tim operasi produksi perusahaan. Dia menjelaskan ada beberapa hal sederhana, yang ternyata ampuh untuk mendorong laba emiten itu. "Dengan memperbaiki sistem operasi laut yang berorientasi pada jam jalan, insentif kualitas produksi, serta menerapkan sistem pembayaran imbal jasa yang bersaing dan dibayarkan pada hari yang sama," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/9). Hasilnya, pada semester I 2018, Emil mengungkapkan bahwa perusahaan telah berhasil menurunkan biaya perolehan bahan baku biji timah sebesar 18%
year on year (yoy). Begitu juga total biaya perolehan bijih timah, turun menjadi Rp 2,06 miliar dari Rp 2,52 miliar pada tahun sebelumnya. Meskipun diakui, kalau total beban pokok pendapatan mengalami sedikit peningkatan sebesar 1% dari Rp 3,67 miliar menjadi Rp 3,70 miliar. Namun, itu dirasa tidak berdampak besar terhadap pencapaian laba kotor yang meningkat menjadi Rp 674 miliar dengan margin laba kotor sebesar 15%. "Tentunya juga, keberhasilan ini didorong dari kemampuan Tim Pemasaran kami yang berhasil menjual secara
extra ordinary pada Mei," ungkapnya. Tim pemasaran sukses mendorong penjualan di minggu keempat Mei, di mana ekspor atau penjualan berhasil naik dua kali lipat dari rata rata penjualan bulanan yang biasa dicapai. "Dengan demikian, hasil ekspor ini sangat mendorong tercapainya laba dan memperbaiki kesulitan aliran kas yang terjadi karena tidak adanya pemasukan pada Maret dan April," jelasnya. Di awal tahun, Emil menjelaskan bahwa hasil produksi bijih timah perusahaan itu mengalami hambatan karena musim hujan yang berkepanjangan dan tidak menentu, terutama bijih timah hasil produksi laut. "Kami mengistilahkannya masa berlindung," ujarnya.
Selama musim hujan KIP (Kapal Isap Produksi) yang merupakan alat menambang dan sekaligus pabrik berjalan, tidak dapat beroperasi secara maksimal karena memang tidak didesain untuk gelombang dalam cuaca yang buruk. Padahal hasil produksi TINS atau sebanyak 80% dihasilkan dari tambang laut. Sehingga, dilihat dari sisi penjualan emiten itu sejak awal Maret hingga pekan terakhir Mei 2018, mengalamai hambatan ekspor. "Hal ini mengganggu cash flow dan profitabilitas kami. Walaupun kami masih dapat menbukukan laba," jelasnya. Menurutnya, jika produksi TINS tidak terkendala musim dan ekspor, dia yakin bahwa perusahaan bisa membukukan prestasi yang lebih baik lagi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati