KONTAN.CO.ID - BALIKPAPAN. PT Intraco Penta Tbk (INTA) membidik pendapatan (top line) dapat tumbuh hingga 30% di akhir tahun 2018 ini. Memang, jika menengok pendapatan pada semester I 2018 INTA tumbuh cukup signifikan yakni 52,9% yoy menjadi Rp 1,53 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp 1,01 triliun. Kendati demikian perusahaan ini masih harus mendapati kerugian bersih Rp 125,7 miliar. Beberapa faktor yang membuat kinerja laba negatif adalah adanya kerugian selisih kurs, beban dan kerugian di anak usaha PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN). Sekretaris Perusahaan INTA, Stephanus Ardhanova mengatakan, kondisi saat ini menjadi tantangan yang cukup besar bagi INTA. Terutama dari sisi kurs rupiah yang tertekan. Pasalnya, posisi utang INTA banyak yang ada dalam posisi dollar Amerika Serikat (AS).
“Ke depan memang ada rencana untuk konversi utang ke instrumen lain agar mengurangi utang dollar yang bertenor jangka panjang ini. Mungkin setelah tahun poltik akan mencoba masuk ke intrumen lain,” ujar Stephanus saat ditemui di acara Investor Summti 2018 di Balikpapan, Selasa (25/9). Selain itu, Intraco Penta berniat ekspansi dengan kemungkinan penggunaan pendanaan berbasis ekuitas daripada dengan utang. Adapun rincian beban yang menghalangi laba adalah rugi selisih kurs sebesar Rp 79,6 miliar, beban bunga Rp 67,8 miliar, kerugian IBFN Rp 72,5 miliar. Selain melakukan antisipasi dari selisih kurs tersebut, pihaknya pun tengah melakukan penyelamatan anak usaha IBFN dengan skema rights issue pada Akhir September 2018. Kini perusahaan pembiayaan ini masih menunggu restu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).