KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pupuk Kaltim berupaya mendorong ekosistem supply chain guna mendukung praktik ekonomi sirkular dengan mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat. Salah satunya dengan menjalankan program Konservasi Taman Laut dan Sarana Media Terumbu Karang (Kilau Samudera). Direktur Utama Pupuk Kaltim Budi Wahju Soesilo, menjelaskan program Kilau Samudera mengusung konsep pemberdayaan masyarakat untuk perbaikan ekosistem perairan dan terumbu karang, sekaligus mendorong kemandirian dengan mengedepankan kemanfaatan melalui cakupan yang lebih luas di Kota Bontang. Program ini dikembangkan secara terukur dengan sasaran utama merubah pola pikir masyarakat nelayan untuk menghentikan aktivitas Penangkapan Ikan Tidak Ramah Lingkungan (Pitral).
Program ini diinisiasi sejak 2017 karena marak aktivitas Pitral di perairan Bontang, yang sangat berdampak terhadap kesinambungan ekosistem dan biota laut. Apalagi, Pupuk Indonesia juga mengembangkan program konservasi terumbu karang sejak 2009. "Melalui program ini, Pupuk Kaltim tidak hanya menitikberatkan pada konservasi perbaikan terumbu karang di perairan Bontang, tapi juga merangkul masyarakat yang awalnya pelaku Pitral menjadi motor utama penggerak program melalui kelompok dengan nama Kimasea di Kelurahan Loktuan Bontang Utara," terang Soesilo.
Baca Juga: Pupuk Kaltim Bangun Pabrik Baru di Papua Barat, Kapasitas 1,15 Juta Ton Per Tahun Mulai awal pembinaan, kelompok Kimasea dibekali edukasi akan pentingnya menjaga ekosistem perairan dan penangkapan ikan dengan ramah lingkungan. Diikuti berbagai pelatihan dan pemberdayaan seperti pembuatan media terumbu hingga monitoring perkembangan area konservasi secara berkala. Kelompok ini juga berperan dalam mengajak nelayan di Kota Bontang mengentaskan persoalan rusaknya ekosistem perairan, sehingga kesadaran masyarakat dalam menjaga perairan sebagai tanggungjawab bersama turut meningkat. Pembinaan ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran nelayan dalam menjaga ekosistem perairan, dengan mendorong aksi nyata penyelamatan ekosistem perairan tanpa ada lagi aktivitas destruktif dalam penangkapan ikan. "Lima tahun pembinaan, kelompok Kimasea mampu mendirikan usaha pembuatan media terumbu karang berbagai model, dengan total 14 anggota. Mereka tidak hanya melayani kebutuhan untuk program konservasi Pupuk Kaltim, tapi juga memasok berbagai pesanan dari pemerintah, lembaga, maupun perusahaan lain di Kota Bontang," lanjut Soesilo. Dari kesinambungan upaya tersebut, Pupuk Kaltim hingga saat ini telah meletakkan kurang lebih sekitar 6.822 media terumbu seluas 8.356 meter persegi (m2), serta berhasil memunculkan tutupan terumbu seluas 3.557 m2. Program konservasi dilakukan menggunakan media terumbu buatan dan transplantasi di perairan Tobok Batang Kota Bontang.
Partisipasi aktif kelompok Kimasea secara bertahap turut merubah pola pikir nelayan yang meninggalkan pola tangkap tidak ramah lingkungan, serta beralih melakukan penangkapan hasil laut dengan lebih bertanggung jawab. Hal ini pun memberikan dampak ekonomi yang cukup signifikan, dimana dari hasil kajian Social Return On Investment (SROI) tahun 2022, setiap anggota kelompok mampu mendapatkan tambahan pendapatan sebesar Rp 70 juta per tahun. Melihat manfaat yang dihasilkan, Pupuk Kaltim memperluas program melalui pembentukan kelompok baru sejak 2022 dengan nama Karaka di Kelurahan Bontang Kuala. Hingga kini, dua kelompok binaan tersebut secara aktif terus meningkatkan partisipasi dan peran dalam menekan aktivitas PITRAL di perairan Bontang, serta mengembangkan kapasitas anggota untuk menggiatkan langkah konservasi terumbu secara berkelanjutan. Berkat program Kilau Samudera ini, Pupuk Kaltim meraih 4 penghargaan kategori Platinum dalam ajang TJSL dan CSR Award 2023. Lewat program tersebut dinilai mampu mengoptimalkan peran terhadap empat pilar SDGs, yakni kategori Platinum Pilar Sosial, Ekonomi, Lingkungan, Hukum dan Tata Kelola. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk