Ini lima keunggulan jembatan layang Antapani



JAKARTA. Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta daerah lain bisa ikut menerapkan model pembangunan jembatan overpass Pelangi Antapani. Menurutnya, teknologi Jembatan overpass Pelangi Antapani yang menggunakan teknologi baja bergelombang bisa menjadi solusi lantaran tidak memerlukan anggaran yang besar dan waktu pengerjaan yang lebih cepat. 

“Saya berharap jembatan ini akan menjadi model untuk mendorong pemanfaatan teknologi-teknologi baru untuk membangun infrastruktur di tanah air,“ ujar Jusuf Kalla saat meresmikan Jembatan overpass Pelangi Antapani, Selasa (24/1) lalu. 

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuko Hadimuljono mengatakan jembatan layang Pelangi Antapani menjadi proyek percontohan aplikasi teknologi Corrugated Mortar Busa Pusjatan (CMP). “CMP merupakan teknologi baru yang dikembangkan oleh Pusjatan Kementerian PUPR,” tutur Basuki. 


Kepala Balitbang Kementerian PUPR, Danis H. Sumadilaga mengatakan Jembatan overpass Pelangi Antapani mempunyai lima keunggulan. Pertama, waktu pembangunan yang lebih cepat (6 bulan) dibanding teknologi yang menggunakan konstruksi beton yang umumnya memakan waktu 12 bulan.

Kedua, bentangan konstruksi bisa mencapai 36 meter sehingga mampu mengakomodir delapan lajur kendaraan. Bentang panjang juga mempermudah proses konstruksi sehingga menghemat waktu dan biaya.  

Ketiga, saat proses konstruksi pembangunan tidak mengharuskan penutupan jalur kendaraan yang memberikan dampak yang sangat kecil terhadap kemacetan di sekitar lokasi konstruksi.

Keempat, bentuk konstruksi jembatan layang baja bergelombang yang megah, dapat menambah nilai estetis suatu landscape dan bahkan bisa menjadi landmark suatu kawasan. 

“Terakhir, selain ramah lingkungan karena mengonsumsi bahan alam konstruksi yang jauh lebih rendah dibanding konstruksi dengan teknologi beton, Jembatan overpass Pelangi Antapani yang dibangun dengan teknologi baju bergelombang mempunyai daya tahan yang lama, lebih dari 100 tahun,” ujar Danis.

Kepala Pusjatan Kementerian PUPR, Herry Vaza menambahkan, teknologi CMP merupakan pengembangan teknologi Corrugated Steel Arch. Teknologi ini menggunakan timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang. 

Herry mengatakan penggunaan teknologi CMP dalam  pembangunan Jembatan overpass Pelangi Antapani mempunyai tingkat efisiensi yang tinggi yang diperoleh dari hasil kontribusi penggunaan mortar busa untuk timbunan pendekat jembatan yang menjadi ciri khas dari teknologi CMP. 

Menurut Herry, potensi penggunaan CMP tidak hanya dipergunakan untuk membangun jembatan pada perlintasan kereta api, namun sangat cocok untuk persimpangan jalan yang membutuhkan bentang yang panjang.

Adapun biaya pembangunan jembatan layang Pelangi Antapani sebesar Rp 35 miliar. Rinciannya, Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar dari pemerintah Korea dalam bentuk komponen material.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan