Ini Mata Uang Paling Menguntungkan Terhadap Rupiah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah kenaikan suku bunga AS, rupiah tercatat cukup solid dalam perdagangan terakhir walaupun tetap mengalami koreksi, namun pelemahan rupiah lebih terbatas dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Pasangan mata uang JPY/IDR, AUD/IDR dan GBP/IDR diprediksi belum mencetak keuntungan besar di tengah kenaikan suku bunga saat ini.

Jika dilihat sejak awal tahun, mata uang pasangan JPY/IDR, rupiah juga mengalami penguatan terhadap yen mengingat di akhir tahun 2021 lalu, yen masih berada Rp 123,89 dan sekarang berada di level Rp 112,12 per yen atau menguat sebesar 10,49% secara year to date (ytd) hingga perdagangan Rabu (11/5).  


Selanjutnya mata uang yang melamah terhadap rupiah adalah Poundsterling Inggris dan Australian Dollar. Di mana, pairing GBP/IDR pada akhir tahun 2021 lalu, poundsterling masih berada Rp 19.250 dan saat ini sudah berada di level Rp 17,987 atau menguat sebesar 6,56% secara ytd. Sementara AUD/IDR pada akhir tahun 2021 berada di Rp 10.359 dan sekarang berada di Rp 10.192 yang berarti menguat sebesar 1,61% secara ytd. 

Baca Juga: Rupiah Jisdor Stagnan di Level Rp 14.546 Per Dolar AS Pada Perdagangan Rabu (11/5)

Sedangkan USD/IDR pada akhir tahun 2021 berada di Rp 14.263 dan sekarang Rabu (11/5) sudah berada di Rp 14.554 yang berarti rupiah melemah terhadap dolar sebesar 2,04% secara ytd. 

Analis DC Futures Lukman Leong mengatakan pasangan USD/IDR masih yang paling menguntungkan, dengan kenaikan suku bunga yang agresif oleh bank sentral AS Federal Reserve, yang diperkirakan akan mencapai hingga 2,5%-3,5% diakhir tahun 2022 dan akan naik di atas 3% di tahun 2023. 

"Oleh itu sebab itu dolar diperkirakan masih akan sangat menarik minat investor dibandingkan dengan mata uang lainnya," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (11/5). 

Lukman menyampaikan rupiah malah lebih solid dan akan menguat jika dibandingkan terhadap GBP, AUD dan JPY sehingga tidak disarankan untuk investor memilih pairing tersebut. Lantaran rupiah masih akan sangat didukung oleh harga komoditas tertuama CPO, nikel dan batubara yang tinggi. 

Sentimen yang mendorong perlemahan Poundsterling adalah kekuatiran resesi dan inflasi yang persisten. Sementara untuk Australian dolar sebenarnya secara fundamental hampir sama dengan rupiah yang diuntungkan oleh harga komoditas yang tinggi. 

Baca Juga: Rupiah Spot Naik Tipis 0,007% ke Rp 14.554 Per Dolar AS Pada Perdagangan Rabu (11/5)

Namun sebagai mata uang utama dunia, AUD lebih sensitif dalam merespons pergerakan dolar yang masih sangat kuat, serta ekspektasi pergantian rezim pada pemilu bulan ini yang sedikit banyak akan menyebabkan ketidak nyamanan para investor, akan turut menekan AUD. 

Sedangkan Yen, Menurut Lukman akan susah menguat mengingat kebijakan ultra longgar dari Bank of Japan (BoJ) dengan stimulus besar dan kebijakan kontrol suku bunga dikisaran minus 0.1% membuat yen jepang sangat tidak menarik.

Lukman mengatakan USD/IDR berpotensi naik mendekati Rp 15.000 dengan asumsi BI tidak merespons dengan perubahan pada kebijakan moneter dengan menaikan suku bunga dan dengan harga komoditas yang dapat tetap bertahan tinggi. 

Maka pergerakan dolar terhadap rupiah tidak akan naik terlalu jauh dari Rp 15.000. "Sedangkan untuk mata uang lainnya diperkirakan justru akan melemah terhadap rupiah," tutup Lukman. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi