Ini Mata Uang Pilihan untuk Investasi saat Dolar AS Mulai Melemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Dolar Amerika Serikat (AS) cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang utama. Hal itu seiring dengan kebijakan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) yang sudah tidak terlalu agresif lagi.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mencermati, banyak kalangan meyakini The Fed akan menghentikan agresifitas dalam kebijakan suku bunga di akhir tahun ini. Fase kenaikan suku bunga The Fed mendekati akhir seiring dengan laju inflasi yang mendekati target Fed 2,0%, kendati kini masih berada pada 3,2% secara tahunan pada bulan Juli.

Agresivitas The Fed yang berkurang tersebut akan memicu pelemahan dolar AS dan berimbas terhadap penurunan imbal hasil obligasi AS. Dengan demikian, rebound tidak hanya terjadi di pasar mata uang, komoditas seperti emas pun akan menguat.


Nanang melihat, pasar saat ini tengah menantikan ketegasan dari Ketua The Fed, Jerome Powell dalam sikapnya terhadap keputusan suku bunga. Ketika komando tersebut muncul, maka akan menjadi ajang aksi jual terhadap dolar AS.

Ketika kondisi dolar AS dibuang investor, kenaikan bakal terjadi pada mata uang rival yaitu euro (EUR) dan poundsterling (GBP). Sebab, kedua mata uang tersebut masih akan berjuang meredam inflasi dengan cara menaikkan suku bunga acuan.

Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan Rupiah di Perdagangan Senin (14/8)

Euro berpotensi kembali untuk bergerak di atas 1.1000 terhadap dolar AS, tepatnya menuju area 1.1200 - 1.1400.

Sejalan, Poundsterling dinilai masih perkasa untuk bisa berlabuh kembali pada area 1.3100 - 1.3430.

“Kedua currency tersebut akan kembali menguat seiring dengan sentimen dalam negeri yang mulai perlahan membaik,” ungkap Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (11/8).

Nanang menambahkan, pergerakan yen terhadap dolar AS yang berpotensi menguat juga tidak dapat dikesampingkan. Yen bakal mendapatkan katalis positif apabila ada intervensi Bank of Japan (BoJ) dan atau pemerintah Jepang dalam menyikapi pelemahan nilai tukar yen saat ini karena dampak dari divergensi suku bunga BOJ dan The Fed.

Jika berkaca di September tahun lalu, BoJ untuk pertama kalinya melakukan intervensi mata uang dengan memperlebar spread Kurva Yield (YCC). Hal tersebut berhasil memicu penguatan nilai tukar yen.

Menurut Nanang, ada ruang kejadian serupa seperti tahun lalu, ketika nilai tukar yen kembali menguat. Apabila melihat posisi yen saat ini berada di area 144 atau mendekati 145, USD/JPY berpotensi menuju area 135.00 di akhir tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari