Ini negara yang untung dari penguataan dollar



JAKARTA. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Anthonius Tony Prasetiantono mengatakan, keperkasaan dollar terhadap mata uang lainya tak selalu membuat Amerika Serikat (AS) senang. Pasalnya kata dia, beberapa negara justru untung besar saat dollar AS terlalu perkasa.

Ekonom UGM itu menyebut Tiongkok sebagai negara yang paling diuntungkan saat dollar AS menguat.  Menurut dia, hal itu bisa terlihat dari neraca perdagangan negeri Tirai Bambu itu yang surplus besar.

"Saya punya keyakinan Amerika sendiri tak mau dollar-nya terlalu kuat. Karena kalau terlalu kuat maka yang senang itu Tiongkok . Karena Tiongkok lah negara yang paling diuntungkan saat dollar menguat. Tiongkok saja saat ini surplus perdagangan US$ 60 miliar tiap bulan dan ternyata surplus yang paling besar kepada siapa, ternyata kepada Amerika," ujar Tony di Jakarta, Sabtu (28/3/2015).


Tiongkok terus menggenjot ekspor dan mengurangi impor saat dollar AS menguat. Hasilnya nyata, neraca perdagangan pada Februari 2015 surplus 60,6 miliar dollar. Surplus bulanan itu merupakan rekor baru dalam neraca perdagangan Tiongkok.

"Jadi Amerika tidak terlalu senang dengan dollar yang menguat, nanti turis asing ke Amerika juga akan berkurang, nanti akan rugi Amerika," kata Tony.

Seperti dilansir BBC, Selasa (10/3/2015), ekspor Tiongkok pada Februari naik 48,3% menjadi US$ 169,2 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, impor Tiongkok turun  5% menjadi US$ 108,6 miliar.

Tony pun yakin, situasi untung besar yang didapatkan Tiongkok saat dollar terlalu perkasa akan membuat AS berpikir 2 kali untuk menaikan suku bunga acuan bank central AS (The Fed). Bahkan, dia yakin AS akan tetap mempertahankan suku bunga acuan saat ini dalam waktu yang relatif agak lama. Pasalnya, kalau itu suku bunga tetap dinaikan, Tony menilai itu sama saja dengan bunuh diri.(Yoga Sukmana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa