NEW YORK. Industri minyak global mulai mempersiapkan diri untuk masuk ke periode harga minyak murah. Menurut Rex Tillerson, ExxonMobil CEO, pelaku industri mulai harus mempersiapkan diri ke lingkungan harga minyak yang baru, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. "Setelah itu, kita baru bisa menilai bagaimana merespon semuanya," ungkap Tillerson. Periode penurunan harga minyak ini dinilai bukan periode yang biasa. Para eksekutif perusahaan energi mendeskripsikan adanya dua faktor yang membedakan penurunan harga minyak saat ini dibanding penurunan harga minyak sebelumnya.
Pertama, adanya fakta bahwa pembiayaan masih mengucur untuk industri minyak. Kedua, masih belum jelas bagaimana industri minyak serpih (shale) AS pemula akan menangani penurunan harga minyak pertama yang mereka alami. Sejauh ini, produksi minyak shale AS terus berkembang meski harga minyak menurun. Pelaku industri minyak terus mengebor sumur yang ada dan fokus pada sumur yang dinilai paling produktif. Sementara itu, Scott Sheffield, CEO Pioneer Natural Resources, berpendapat bahwa dirinya sudah menyiapkan strategi dalam lima tahun ke depan terkait penurunan harga minyak di bawah US$ 60 per barel. Para CEO lainnya memprediksi kisaran harga minyak yang sama, meskipun sejumlah analis mengatakan Wall Street memberikan kenaikan rekomendasi saham-saham berbasis minyak seiring prospek kenaikan harga minyak mendekati level US$ 75 per barel. Bob Dudley, BP Group CEO, misalnya. Dia menilai, penurunan harga minyak masih akan terus berlanjut. "Saya tidak tahu untuk berapa lama...mungkin beberapa tahun ke depan. Rig yang beroperasi sudah turun dari 1.600 rig yang beroperasi di lepas pantai AS menjadi 750 rig. Meski demikian, produksi minyak masih terus meningkat," paparnya. Dudley menambahkan, ada perjanjian yang ditandatangani di Iran yang akan mengubah keseimbangan suplai minyak dunia. "Selain itu, pertumbuhan China masih lemah. Sehingga, saya rasa, industri harus bersiap untuk harga minyak murah lebih lama lagi," jelasnya.
DEO Occidental Petroleum Stephen Chazen memprediksi, harga minyak masih akan berada di kisaran US$ 60. "Memang ada harapan harga minyak akan ke level US$ 75, tapi kami bersiap dengan penurunan harga minyak," imbuhnya. Chazen bilang, fakta bahwa pasar modal masih terbuka bagi perusahaan minyak dan perusahaan finansial bersiap untuk berinvestasi karena berupaya menyesuaikan diri dengan lingkungan harga minyak rendah. Di masa lalu, perbankan merupakan kreditur yang masuk saat krisis terjadi. Namun, reformasi perbankan yang terjadi menyebabkan bank lebih banyak menunggu dan bersedia melanjutkan pinjaman sebelumnya namun tidak bersedia memberikan investasi baru. Estimasi Chazen, nilai modal private equity yang tersedia berada di kisaran US$ 80 miliar hingga US$ 100 miliar.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie