Ini Pendorong Kenaikan Pendapatan dan Laba Bersih Indika Energy (INDY) Sepanjang 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2022 menjadi periode yang menggembirakan bagi PT Indika Energy Tbk (INDY). Emiten pertambangan batubara ini berhasil melesatkan kinerja.

Tahun lalu, INDY membukukan laba bersih senilai US$ 452,67 juta. Laba bersih Indika melejit 684,27% dari realisasi laba bersih di tahun 2021 yang hanya US$ 57,71 juta

Kenaikan laba bersih INDY sejalan dengan kenaikan pendapatan. Sepanjang 2022, INDY membukukan pendapatan senilai US$ 4,33 miliar, naik 41,21% dari pendapatan di 2021 sebesar US$ 3,06 miliar.


 Azis Armand, Vice President Director and Group CEO Indika Energy mengatakan, kenaikan pendapatan INDY terutama disebabkan oleh meningkatnya harga jual batubara. Indeks batubara Indonesia (ICI) 4 di tahun 2022 naik 30,7% menjadi sebesar US$ 86,1 per ton.

Baca Juga: Laba Bersih Indika Energy (INDY) Pada 2022 Naik 684,27%

Kenaikan pendapatan INDY juga ditopang dengan kinerja anak-anak perusahaan, seperti Kideco, Indika Indonesia Resources, dan Interport yang juga mencatat kenaikan pendapatan. Di tahun 2022, pendapatan Kideco meningkat 37% menjadi US$ 3 miliar.

Kenaikan pendapatan ini terutama disebabkan oleh peningkatan harga jual batubara rata-rata dan volume penjualan. Sepanjang tahun lalu, Kideco menjual 34,8 juta ton batubara dengan harga jual rata-rata sebesar US$ 86,6 per ton.

Pendapatan Indika Indonesia Resources juga meningkat 73,6% menjadi US$ 861,4 juta dibandingkan US$ 496,1 juta di tahun 2021. Kenaikan pendapatan ini disebabkan kenaikan pendapatan dari Multi Tambangjaya Utama dan bisnis perdagangan batubara.

Baca Juga: IHSG Menguat 1,17% ke 6.839 Pada Rabu (29/3), ARTO, INDY, AKRA Top Gainers LQ45

Sejalan, pendapatan Interport juga meningkat 19,6% menjadi US$ 34,7 juta. Sebesar US$ 26,6 juta pendapatan berasal dari terminal penyimpanan bahan bakar Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE).

Pendapatan Tripatra juga meningkat 32,1% menjadi US$ 306,2 juta dari sebelumnya US$ 231,8 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh kenaikan pendapatan dari proyek BP Tangguh dan proyek baru seperti Star Energy Geothermal Salak dan Cabott.

Sejumlah beban INDY terpantau naik. Misalkan, beban pokok kontrak dan penjualan yang naik 34,00% menjadi US$ 2,88 miliar dari sebelumnya US$ 2,15 miliar. Beban penjualan, umum, dan administrasi naik 65,55% menjadi US$ 240,72 juta dari sebelumnya US$ 145,40 juta. Sementara beban keuangan Indika menurun tipis menjadi US$ 103,52 juta menjadi US$ 104,86 juta.

Baca Juga: Indika Energy dan Chaevi Masuki Pasar EV Indonesia

Penurunan beban keuangan inu terutama disebabkan karena bunga yang lebih rendah sebesar US$ 11 juta terkait turunnya pokok obligasi akibat pelunasan obligasi lebih awal. Kondisi ini diimbangi dengan biaya pembatalan Interest Rate Swap senilai US$ 500.000 sehubungan dengan pembiayaan kembali pinjaman di KGTE.

Lalu, adanya suku bunga yang lebih tinggi di anak perusahaan dan biaya one-off terkait proses penawaran tender obligasi dengan premi senilai US$ 1,1 juta dan amortisasi senilai US$ 4,3 juta.

Di tahun 2022, INDY juga menurunkan posisi utang sebesar US$ 371,2 juta dari sebelumnya US$ 1,45 miliar menjadi US$ 1,08 miliar, yang sebagian besar dari pembayaran lebih cepat dari obligasi.

“Sepanjang tahun 2022, Indika Energy berhasil mencatatkan kemajuan yang signifikan pada kegiatan investasi non-batubara yang sejalan dengan komitmen diversifikasi usaha kami. Kemajuan tersebut terutama berasal dari sektor kendaraan listrik, energi terbarukan, solusi berbasis alam, dan mineral. Selain itu, kami juga mencatat perkembangan signifikan dalam performa ESG melalui penurunan emisi scope 1 sebesar 14%,” tutur Azis dalam siaran pers, Rabu (29/3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati