Ini penjelasan di balik lonjakan permintaan minyak mentah oleh China



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Data perdagangan di Thomson Reuters Eikon menunjukkan impor minyak mentah oleh pembeli utama Asia akan mencapai rekor bulan ini. Sebagian besar di antaranya mengobati rasa haus minyak oleh China.

Pada akhir April 2018, Cina kemungkinan akan membeli lebih dari 9 juta barel per hari (bpd) minyak mentah. Volume ini hampir 10% dari konsumsi global dan lebih dari sepertiga total permintaan Asia. Dengan harga US$ 75 per barel, itu berarti biaya bulanan impor minyak oleh China mencapai lebih dari US$ 20 miliar.

Ada apa dengan China sehingga haus minyak mentah?


Michal Meidan dari konsultan Aspek Energi berujar bahwa pembeli China kembali menimbun stok setelah kehabisan persediaan akhir tahun lalu. Banyak permintaan baru China juga datang dari munculnya penyuling swasta -sering disebut teko- sebagai importir minyak mentah. 

"Sejumlah teko baru memulai Crude Distillation Unites (CDUs) sehingga butuh lebih banyak minyak mentah," Meidan melanjutkan. Namun dia juga menambahkan bahwa mungkin juga ada beberapa pembelian oleh Strategic Petroleum Reserves (SPRs).

Selain re-stocking dan teko, analis mengatakan kinerja ekonomi China juga lebih kuat dari yang diperkirakan.

"Pertumbuhan China 6,8% pada Q1 lebih tinggi dari targetnya sebesar 6,5% untuk tahun ini. Pertumbuhan di China merupakan salah satu alasan utama yang mendorong mendukung permintaan minyak secara umum," kata Barnabas Gan, analis di OCBC Bank Singapura.

Suresh Sivanandam dari konsultan energi Wood Mackenzie menambahkan, ia memperkirakan keseluruhan permintaan minyak China akan tumbuh sebesar 370.000 bph tahun ini menjadi 12,78 juta bpd.

Secara global Goldman mengatakan permintaan minyak global pada kuartal pertama 2018 kemungkinan akan mencatat pertumbuhan tahunan terkuat sejak kuartal terakhir 2010.

Sejauh ini kilang-kilang minyak di Asia masih beroperasi pada tingkat tinggi untuk memenuhi permintaan yang kuat, meskipun naiknya harga bahan mentah mentah akan mengurangi margin keuntungan.

"Penyuling tidak mungkin mengurangi impor meskipun kenaikan harga," kata Lee Dal-seok, rekan peneliti senior di lembaga pemikir yang dikelola negara Korea Energy Economics Institute.

Namun, ada awan gelap yang terlihat. Sinopec Cina, pengilangan terbesar di Asia, berencana memangkas impor minyak mentahnya Mei terhadap kilang terbesarnya -Perusahaan Pengilangan dan Kimia Zhenhai berkapasitas produksi 460.000 bpd- untuk melakukan perombakan besar-besaran.

Beberapa pedagang mengatakan kebanyakan pemadaman kilang seperti itu memang terjadi pada bulan Mei dan Juni. Jadi ada kemungkinan impor minyak mentah China dalam beberapa bulan mendatang akan berkurang.

Editor: Hasbi Maulana